Oleh Chris Boro Tokan
![]() |
Chris Boro Tokan di Puncak Ile Boleng |
Pendahuluan
AWAL MULA (awal mula penciptaan),
PERADABAN, masih natural-alamiah=ALLAH. Di era dominasi Peradaban ini dikenal
dengan ATLANTIS LEMURIA . Jadi peradaban yang mendominasi di era Atlantis
Lemuria, berakhir sekitar 80 ribu-70 ribu tahun lalu , sebagai akhir dari zaman
Mezosoikum (akhir Siklus Peradaban 1). Substansi ini yang menjadi kecondongan
kajian dalam buku TAMAN EDEN DI TIMUR, karya Oppenheimer. Kemudian berkembang
kearah ATLANTIS SANG PUTRA, sebagai era KEBUDAYAAN yang mencondongkan karya
berbagai manusia Atlantis dan kehancuran-nya di 11.000 tahun lalu dalam
peristiwa banjir Nabi NUH, diketahui sebagai akhir zaman Es/Pleistosen, akhir
zaman Neozoikum (akhir Siklus Peradaban 2). Kemudian berkembang REPLIKA
ATLANTIS yang menempatkan India sebagai pusat perkembangan peradaban yang
berakhir 5000 tahun lalu (akhir Siklus Peradaban 3). Sejak 5000 tahun lalu
Peradaban dunia bergeser ke Mesir (Dewa Ra/Piramida), Cina (Yin-Yan), Yunani
(Filsafat Logika,Etika,Estetika) yang berakhir 2000 tahun lalu (akhir siklus
Peradaban 4). Sejak 2000 tahun lalu berkembang Salib Atlantis dalam REPLIKA
SALIB KRISTUS di Israel dan Roma, 1500 tahun lalu dalam KOSMOGRAM
ATLANTIS(Bulan Bintang) di Arab sebagai Siklus Peradaban 5. Semua itu menjadi
kecondongan pembuktian pembahasan Arysio Santos dalam bukunya INDONESIA PUSAT
PERADABAN DUNIA. Replika-replika Atlantis itu secara sporadis berkembang di seluruh
belahan dunia sampai kekinian dan akan datang!!!
Benar, penegasan Arysio Santos bahwa
berbagai sosok hebat yang dipuja dan dikenal sampai kekinian, merupakan
putra-putri Atlantis keturunan dewa yang kemudian menyinari seluruh dunia
dengan Cahaya Ibu Agung Perawan. Para pahhlawan atau malaikat, dewa-dewi yang
berperanan dalam semua perkembangan peradaban , aslinya berasal dari sebuah
daratan yang tenggelam dan menghilang di bawah air, persis seperti Atlantis.
Kebetulan wilayah delta sungai Gangga disebut Bengal (atau Bengala), sebuah
nama yang diturunkan dari bahasa Dravida (beng-ala) dan berarti ”tanah rawa
yang tenggelam”. Nama ini sinonim dengan sebutan Atlantis itu sendiri dari
bahasa Sansekerta, dari kata a-tala (dataran yang tenggelam) dan karenanya tak
ada celah untuk meragukan hubungannya dengan Benua yang Hilang atau Surga yang
hilang itu sendiri, yakni berlokasi di Indonesia (Arysio Santos. hal 156).
Roh, AWAL MULA (awal mula
penciptaan), PERADABAN, masih natural-alamiah=ALLAH. tercermati berkembang
menjadi kata Alam Raya, maha luasdan dasyat sehingga tidak terjangkau.
Terungkap dalam bahasa Solor “Masan Raya”, sebagai nama seorang manusia
laki-laki. Berkembang ke tahap lebih menyata menjadi nama seorang wanita/putri
: “Peni Masan”, dalam ungkapan mendunia sebagai “Pangea atau massa benua”,
sedangkan laki-laki dalam bahasa Solor di sebut “Masan Doni”, makna mendunia
“massa dunia (benua)” (Bdk Paul Arndt tentang Masan Wahane dan Peni Masan Dai
melalui kisah mitos Masan Doni menghadap Lera-Wulan(Matahari-Bulan) dalam Demon
und Padzi, Die Feindlichen Bruder Des Solor-Archipels, terpublikasi Athropos,
Band XXXlll, (1938), hal 1-58, diindonesiakan Paul Sabon Nama “Demon dan Paji,
Dua Bersaudara yang Bermusuhan di Kepulauan Solor, (2002).
Kata “Roh” itu sendiri tertelusuri
tersimbol dalam kata “Rera”, “Lera”, bahasa Solor yang berarti “matahari”.
Pengungkapan “rera” itu bergeser ke Mesir menjadi “Ra” sebagai dewa Matahari.
Alam semesta (makrokosmos), dalam mikrokosmosnya manusia, tersebut Adam dan
Eva, dalam sebutan bahasa solor untuk Pria/laki-laki: “Kelake”, simbol dewa
Matahari (Adon/Ado) utama/inti (Pehan/Pehin/Pe’in) simbol Adam si Matahari
Salib/Langit sebagai laki-laki yang hakiki, bersama Perempuan/Wanita (“Kewae”)
Termurni/Terseleksi/Terkebiri (“Sode”) dari “Ile”/Gunung (“Bolen”) simbol Eva
si Bumi.
Mencermati “Taman Surga” dalam Paul
Arndt
Pati tana teti timu matang rera gere
= Pati menghambur tanah nun di Timur tempat
terbitnya matahari
terbitnya matahari
ile Tobang Dua woka Sanga Burak =
menjadi gunung Tobang Dua bukit Sanga Burak
mula kayo = menanam pepohonan
ada tale = dan tali temali
ua tawa = dan tumbuhlah rotan
wido tana = menggenggam tanah
mula kayo = menanam pepohonan
ada tale = dan tali temali
ua tawa = dan tumbuhlah rotan
wido tana = menggenggam tanah
Beka pana muan muri = Mereka terbang
lagi
dajuk gawe muan muri = dan melintas
pergi sekali lagi
mula ile Hadung = menciptakan gunung Hadung
ada woka Boleng = dan bukit Boleng (menyusul nama beberapa gunung
lain)
wato nekuun wahak kae = hingga batu yang dibawa habis
tana nekuun labot kae = tana yang dibawa juga habis
mula ile Hadung = menciptakan gunung Hadung
ada woka Boleng = dan bukit Boleng (menyusul nama beberapa gunung
lain)
wato nekuun wahak kae = hingga batu yang dibawa habis
tana nekuun labot kae = tana yang dibawa juga habis
Kukak Kedan Kolon Raja = Kukak Kedan
dan Kolon Raja
tutu emang Se maring =
menceriterakan kepada ibu Se
bapang Ma = dan bapa Ma
hujang guna io kobu = untuk
menggunakan kekuatan ikan hiu
gahing dewa muda gajak = dan
keperkasaan buaya
io kobu naan tahik mara = agar hiu
dan buaya
muda gajak bewang wai meket = mengeringkan
laut dan menyurutkan air.
Se neing menutak ehan = Se
memberikan sebungkus
bewelang olong = tanah dan seikat
batu
mula ile Mandiri adak woka Tana =
menimbun dan membentuk gunung Mandiri dan bukit
Lolong Tanah Lolong (dan nama
beberapa gunung yang lain)
mula bao naran Bala = menanam
beringin naran Bala
adak wato Lela Lusi = mendirikan
batu Lela Lusi.
Hujan guna eko la kewikite =
Memanfaatkan kekuatan eko kewikit (burung alap-alap)
gahing dewa manuk Sada Ruda = dan
kesaktian Manuk Sada Ruda (ayam)
beka tiro ile Mandiri = terbang
menuju gunung Mandiri
dajuk tada woka Tana Lolong =
melayang ke bukit Tanah Lolong
tobo teti ile ubun = menghuni puncak
gunung
pae teti woka nalekeng = mendiami
penghujung bukit.
Tercermati bahwa Penunjuk “Taman
Surga-Kebun Firdaus” melalui “awal terang” (woka “Sang’a Burak”) dan pembukaan
“Hutan Perawan” (ile “Tobang Du’a”): maka bukit/woka “Seburi” sebagai “Gunung
Surga” yakni “woka Sang’a Burak-ile Tobang Du’a” sebagai identitas asli/purba.
Posisi asli/awal dari woka Seburi di posisi gunung Boleng sekarang.
Sesungguhnya identitas purba gunung Boleng: “woka Bolen-Ile Hadun”. Nama purba
gunung bolen itu secara hakiiki bermakna sebagai “gunung matahari yang membela
gunung surga”. Kata “membela”dalam ungkapan lamaholot “hi’wek” memakai “kapak”.
Makna dari “kapak” dalam lamaholot yakni “soru”. Penelusuran makna kata “soru”,
menegaskan “Matahari”, melalui ungkapan “soru leda ledun “ yakni ritus magis
mengalahkan musuh tanpa bertarung secara fisik. Diujung pemaknaan ini
tertemukan kata asli SURGA yaknii “Sorugoa” bermakna “tempat terbit dan
terbenamnya matahari”. Penunjuk kediaman “Adam-Eva” setelah terusir dari “kebun
Firdaus” dalam “pengulangan” adalah penyebutan ungkapan “woka Tana Lolon-Ile
Mandiri”. Makna ungkapan “woka Tana Lolon-Ile Mandiri” bahwa “hidup di dunia
nyata dalam kemandirian”.
Dalam Yoseph Yapi Taum. KISAH WATO
WELE –LIA NURAT Dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur. Jakarta-Yayasan Obor
Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1997.hal. 49-51):
Tutu pe me-niku, tutu newa matan=
Kisah ini adalah kisah awal mula kebun
Maring mo-hulu raran = Ceritera para
penunjuk jalan
Tutu nia kaka bapa, = Kisah dari
nenek moyang
Maring nia ama nene = Ceritera dari
para leluhur
Puken nia Ema Wato Sem, = bermula
dari Ema Wato Sem
Nimun nia Bapa madu Ma, = berawal
dari Bapak Madu Ma
Sina Puken-Jawa Nimun = asal mulanya
dari Sina Jawa Jauh,
Doan lali Sina Puken = di sana di
Pusat Sina
Lela lali Jawa Nimun = Jauh di sana di awal Jawa
Lela lali Jawa Nimun = Jauh di sana di awal Jawa
….
Ujan enam, gahin bapan, = disuruhnya
Ibunya, dimintanya bapanya
Ema eko leka-kwikit = Ibu
BurungElang
Bapa gahak tada ruda = Bapak Burung
Garuda
Boke kepik rasin lein = merentangkan
sayapnya merapatkan kakinya
Beka haka lien gere = terbang kemari
melayang ke sini
Tiro ile tada woka, Ile ma Talu
Suban,=menuju gunung, mengarah bukit
Woka na Laga Doni = ke gunung Ratu
Suban, ke bukit Laga Doni
Mandiri tana lolon, Ile Tuho wutun
=Di atas tanah Mandiri, Sang gunung terakhir
Woka Wurin kuit wua = Sang bukit
penghabisan.
“Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan” dalam Paul Arndt
Sir James Frazer mengatakan, ‘Pohon
Pengetahuan’ merupakan versi lain ‘Pohon Kematian’ di Mesopotamia. Pendapat
bangsa Sumeria mengenai potensi dan bahaya dari pengetahuan muncul kembali
dalam versi Kehancuran Adam. ‘Dongeng Adapa’ yang lebih tua dari Mesopotamia.
“Pengetahuan” yang dilindungi dengan saksama dapat berupa teknologi atau sihir
atau keduanya. Dalam sebagian besar masyarakat tradisional, keduanya tidak
dapat dipisahkan. Dengan begitu, memiliki ilmu sihir dapat meningkatkan kekuatan
pengrajin yang pandai, penguasa yang merangkap sebagai pendeta atau ahli
astronomi. Pengetahuan rahasia yang dimiliki oleh penguasa berkasta pendeta,
kemungkinan telah menjadi salah satu faktor yang mengubah Mesopotamia dan Mesir
kelas atas dari masyarakat petani sukses zaman Neolitikum menjadi budaya
hierarki yang kaya. Hal ini tertelusuri dari berbagai catatan arkeologi.
Berbagai buku sumber menandai munculnya persamaan yang mengejutkan antarpraktik
sihir sebelum Islam Melayu, seperti meramal menggunakan hati ayam, dan itulah
penduduk Babilonia Kuno.
Dalam “Religion auf Ostflores,
Adonare und Solor” 1951, karya Paul Arndt, SVD, diterjemahkan oleh Paulus Sabon
Nama diterbitkan Puslit Candraditya Maumere, dalam judul “Falsafah dan
Aktifitas Hidup Manusia di Kepulauan Solor”2003, hal. 34, dapat tercermati
“Pohon Kehidupan dan Pohon Kematian” yang asli. Melalui “Koda-Kirin” yang
dikumandangkan untuk menolak setiap bencana seperti bagian tuturan berikut:
Leta Pulo Rera Wulan = Mintalah
semua dari Rera Wulan
heren lema Tanah Ekan = mohonlah
segala dari Tanah Ekan
ema moe Lera Wulan = ibu Lera Wulan
mula bera tobi owe = tanamlah segera
asam yang rindang
bapa moe Tanah Ekan = bapa Tanah
Ekan
adak bera bao lut = suburkan segera
berngin naungan
Nubun bera dike sare = Agar
anak-anak bertumbuh baik
barang bera olun oen = bertumbuh
tanpa hambatan
nubung weking laeng wai = tubuhnya
bening bagai air
barang koten deng kureng = kepalanya
berkilau minyak
tobo nala oeng olun = duduk dalam
ketenangan
pae nala mara deka = dan kedamaian
nubung nala leing kelea = kakinya
ringan melangkah
barang nala anang pealing = badannya
gagah tampan
Ema mo Lera wulan = Ibu Lera Wulan
Bapa mo Tanah Ekan = bapa Tanah Ekan
Lera Wulan wai banu = Lera Wulan
sebening air
Tana Ekan selan tapo = Tanah Ekan
nan sekilau minyak
huk pai peten kae = ingatlah kami
selalu
duga pai rehang kae = dan
kasihanilah kami
pulo beta bele baat = agar bertumbuh
dewasa
lema bauk bau ribit = menjadi kuat
dan disegani
Gelekat tuen Lera Wulan = Berbakti
kepada Rera Wulan
gewayan golen Tanah Ekan = melayani
Tanah Ekan
beta dore doan-doan = setia
mengikuti sampai jauh
bauk tematan lela-lela = dan
menuruti sampai lama
nubung nala mei menung = agar
anak-anak disegari darah
barang nala raan loma = dan dipadati
lemak.
Kekinian di Lamaholot mengenal makna
“Rera Wulan” sebagai “ama”, bapa simbol pria, makna “Tana Ekan” sebagai “Ina”,
ibu, simbol perempuan. Namun dalam telusuran Paul Arndt nampak menjadi
sebaliknya makna dua ungkapan itu. Hal ini dapat terpahami dalam penegasan Arysio
Santos melalui penelusurannnya tentang mitos terbit dan terbenamnya matahari
melalui Vas (lukisn) Yunani kuno yakni seekor naga yang menelan matahari.
“Proses penelanan dimulai ketika matahari memasuki dunia ini lewat mulut (saat
fajar), dan berakhir ketika matahari keluar dari dunia ini lewat anus (saat
matahari terbenam). Dan proses ini diulang secara terbalik ketika matahari
memasuki dunia bawah, ketika segala sesuatu di sana berjalan terbalik, termasuk
waktu. Makhluk angkasa dinamakan dengan Nut, dewi langit, dan makhluk bumi
dengan Geb, dewi bumi. Jenis kelamin mereka sering kali terbolak-balik, dan
demikian pula peran mereka. Dewa-dewi fersebut disamakan dengan dua belahan
bumi yang terpisah sejak awal masa” (hal.186-187).
Cermatan terhadap telusuran Paul
Arndt, sesungguhnya bahwa “Pohon Kehdupan dan Pohon Pengetahuan” yang
disebutkan Kitab Suci itu, dalam falsafah dan aktifitas hidup manusia di
Kepulauan Solor sesungguhnya “Pohon Asam dan Pohon Beringin”. Kemudian saat “keilahian
kehidupan” di “Kebun Firdaus” itu hilang, memunculkan “kehidupan nyata” maka
replika “pohon kehidupan dan pohon pengetahuan” dikenal melalui “Pohon Kelapa
dan Pohon Pisang”. Dapat tertelusuri lebih lanjut dalam “paken-maken”
(ungkapan) Lamaholot “ne’ken tobi-len’nem bao”, “puke’m tobi-wengi’m bao” untuk
“Pohon Asam dan Pohon Beringin”, bermakna “keselamatan dan kekuatan hidup
kehidupan abadi”. Sedangkan untuk “Pohon Kelapa dan Pohon Pisang” selalu
dikenal “muko-tapo” dalam hubungan urusan “bah’i lake” (bagi paman: “opu alap”
untuk laki-laki berusia tua yang meninggal, “na’an aman” untuk perempuan
berusia tua yang meninggal) demi keselamatan kekuatan hidup kehidupan kekal,
abadi bagi yang meninggal.
Dalam Kitab Suci menunjuk mengenai
sejatinya hakekat Allah sejauh ditampakan oleh karakter-karakternya seperti
dalam Perjanjian Lama menegaskan Allah adalah raham (Mzm 116:5) suatu kualitas
yang dilukiskan dari rasa kasih sayang seorang keibuan (1Raj 3:26). Belas kasih
adalah karakter dasar Allah yang dekat sekali dengan hesed, kasih setia Allah
(Mzm 25:6) yang dicurahkan kepada umat manusia karena janjinya. Dalam karakter
raham dan hesed itu Allah mengampuni dan menyembuhkan seperti terhadap setiap
bangsa yang menolaknya. “Allah itu penyayang dan pengasih, lamban untuk marah
dan berlimpah kasih setia-Nya” (Kel.34:6-7). Kehakikian makna raham dan hesed
mengejewantah dalam kemauan untuk memaafkan dan menyembuhkan(Mzm 103:3) serta
memberi atau melestarikan hidup (Mzm 119:77), terjelaskan dalam misi “mesias”
melalui sosok Yesus Kristus yang datang ke bumi dengan secara ilahi “meminjam”
darah dan kedagingan wanita si Maryam/Maria.
Telusuran kritis Lokasi Eden menurut
Jewish Encyclopedia: penulis-penulis ternama mengatakan: Targum Yerushalmi
menerjemahkan Havalilah dengan Hindiki [HIndustan atau India], dan membiarkan
Pison tidak diterjemahkan, Saadia Gaon, dalam terjemahan Arab-nya,
menerjemahkan Pison sebagai NIL, yang ditertawakan oleh Ibn Ezra sebagai
"sudah jelas-jelas diketahui bahwa Eden berada lebih jauh ke selatan, di
Khatulistiwa". Nahmanides sepakat dengan pandangan ini. Ceritra kedatangan
orang Yahudi di Yerusalem dari "Aden, tanah tempat Gan Eden [maksudnya
Garden of Eden atau Taman Eden] yang termashur dan ternama berada, yaitu di
tenggara Assyria"....Sungai Pertama, Pison kemungkinan mengarah ke sungai
Indus, yang mengelilingi Hndustan, memperkuat Targum Yerushalmi (bdk. Arysio
Santos, hal.505-506).
Mencermati keaslian 4 sungai surga
Telusuran kritis lokasi Eden menurut
Jewish Encyclopedia dalam kaitan “Sungai Surga”(Arysio Santos hal.505-506) :
penulis-penulis ternama mengatakan: Targum Yerushalmi menerjemahkan Havalilah
dengan Hindiki [HIndustan atau India], dan membiarkan Pison tidak
diterjemahkan, Saadia Gaon, dalam terjemahan Arab-nya, menerjemahkan Pison
sebagai NIL, yang ditertawakan oleh Ibn Ezra sebagai "sudah jelas-jelas
diketahui bahwa Eden berada lebih jauh ke selatan, di Khatulistiwa".
Nahmanides sepakat dengan pandangan ini. Ceritra kedatangan orang Yahudi di
Yerusalem dari "Aden, tanah tempat Gan Eden [maksudnya Garden of Eden atau
Taman Eden] yang termashur dan ternama berada, yaitu di tenggara Assyria"
… Sungai Pertama, Pison kemungkinan mengarah ke sungai Indus, yang mengelilingi
Hndustan, memperkuat Targum Yerushalmi. … Sungai kedua, Gibson, adalah Nil yang
dalam perjalanannya mengitari Mesir bersambungan dengan Teluk Aden. Sejumlah
pakar menduga bahwa kesulitan menemukan aliran sungai-sungai (Surga) tersebut
disebabkan karena saat Banjir Bah sungai-sungai ini juga telah terhenti kehidupannya,
sebagian atau seluruhnya, atau telah menemukan saluran keluar bawah tanah.
…Sesungguhnya, penyusun Midrash-Gadol sendiri menyatakan sebagai berikut: “Eden
berada di sebuah tempat tertentu di muka bumi, tetapi tak satupun makhluk
mengetahui di mana tempatnya, dan yang Mahasuci terberkatilah Dia! Hanya akan
mengungkap jalan ke sana kepada bangsa Israel pada masa Raja Messiah.
Masa Raja Messiah, sesungguhnya
“masa Kerajaan 1000 Tahun” yang kelak dipimpin sendiri oleh sang Isa Al Maseh,
Yesus Kristus. Terpahami dalam firman: “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah
sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:14-15),
demikian seruan Sang Guru Ilahi “Yesus Kristus” setelah selesai 40 hari berdoa
dan berpuasa di padang gurun. Penegasan Sang Guru itu, tercermati bahwa Ia
telah datang untuk “menggenapi waktu keselamatan” umat manusia (“Ata Diken”)
melalui kerajaan-Nya yang sudah dekat. Tercermati “sudah dekat” Kerajaan Allah,
dalam rentang waktu 3 hari kelilahian seperti yang ditegaskan secara tersirat
oleh Sang Guru (bdk. Yohanes 2:13-25): “Rubuhkan Bait Allah ini, selama 3 hari
kubangun kembali” (bdk. Matius 16:21, 17:22-23, 20:17-19) dan (bdk. Lukas
9:22).dan (bdk. Markus 8:31). Pemaknaan 3 hari keilahian dalam 3000 tahun
keduniaan, yakni 1 hari keilahian bermakna 1000 tahun keduniaan (bdk. Mazmur
90:4, bdk. 2 Petrus 3:8-10).
Maka “pada hari ke 3 keilahian”
seperti tersirat injil Matius 16:21, 17:22-23, 20:17-19 dan injil Lukas 9:22,
seungguhnya itu “Zaman Akhir”, yakni “zaman Kerajaan 1000 Tahun” di dunia,
“Kerajaan Surga di Bumi”, seperti dalam “Doa Bapa Kami” (bdk. Matius 6:5-15).
Sedangkan “sesudah hari ke 3 keilahian” seperti tersirat injil Markus 8:31,
yakni “sesudah Kerajaan 1000 Tahun” sesungguhnya menegaskan “Akhir Zaman” untuk
memasuki “Kerajaan Allah” di surga. Waktu “Akhir Zaman”, yakni “akhir Kerajaan
1000 Tahun”, yakni berakhir hari keilahian ke 3 itu, Anak Manusia dalam
kemuliaan-Nya datang melayang-layang di atas awan diiringi para malekat untuk
menyelamatkan bumi dengan segala isinya melalui pengadilan/penghakiman “takhta
putih”, “Ira Bura” (bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/penghakiman-mesias-yesus-kristus-melalui-keroko-puken-ile-bolen-kara-nisa-ola-ir/2110589715672264/).
Dengan demikian sesungguhnya
“keaslian Poros Dunia”, “Nara” (“Nara Raya”), yakni "Uak Tukan, Uma Tukan,
Wai Matan-Karo Puken". Nara one (O) Ola dalam pemahaman angka-angka (0-9),
melalui “Hinga Nara O”: Kelen 5-Nele 5” ( lokasi asli di “gunung Surga (Raya)”
yakni “woka Sanga Burak-Ile Toban Dua” yang terbelah, "Ile Bore"
belahan Timur, yakni: “Wai Raya” (poros), simbol dari Nara Raya, Masang Raya ,
Hinga Nara O: mendialektikakan ke “Nobo-Namang” (utara) sebagai “Kelen 5”-
“Kemoti” (selatan) sebagai “Nele 5”). Dalam simbol “Air Kehidupan”: “Wai Raya,
wai matan-wai burak, wai puken-wai belen, bah wai wuring, bolak wai bolen, lein
wai weran, nuku wutuk wure wai waiwadan”.
Pembagi perairan dunia ke Timur(dari
selat Watowoko ke lautan Banda, terusan ke lautan Pasifik), aslinya dari Wai
Raya, wai Matan-wai Kou “bah Wai Wuring bolak wai Bolen” (cermatan Arysio
Santos sebagai Sungai Pertama, Pison kemungkinan mengarah ke sungai Indus, yang
mengelilingi Hndustan, memperkuat Targum Yerushalmi). Sedangkan pembagi
perairan dunia ke Barat (dari selat Gonsalu ke lautan Sawu, terusan ke lautan
Hindia dan lautan Atlantik), aslinya dari Wai Raya, Wai Burak “lein wai weran,
nuku wutuk wure wai waiwadan” ” (cermatan Arysio Santos sebagai Sungai kedua,
Gibson, adalah Nil yang dalam perjalanannya mengitari Mesir bersambungan dengan
Teluk Aden) . Tercermati pembagian perairan ke dunia Timur dan ke dunia Barat
berporos di perairan kepulauan Solor purba dengan Adonara sebagai sumber
pembagi, terpahami dalam . “Nyanyian adat”: ...” Ole lau ra pito, fura faga
lema”=”Arus Timur Tujuh lapis,Arus Barat Lima rangkap” (Bdk Gregorius Keraf.
“Morfologi Dialek Lamalera” (Disertasi):Universitas Indonesia-Jakarta, 1978. .
hal 247)
"WAI RAYA- WAI MATAN": Air
Kehidupan "geocentris" "UA'KEN TUKAN", dan
"floracentirs" ("Karopuken-KEROKOPUKEN ": Pohon Kehidupan)
di BELAHAN TIMUR GUNUNG SURGA " ("ile HELAN LANGOWUYO TANAH LAGA DONI")
dan ile BOLENG KARA NISA OLA menjadi PILAR UTAMA (poros pilar) dari SEPASANG
PILAR di TIMUR & SEPASANG PILAR di BARAT. Tercermati bahwa SEPASANG PILAR
di TIMUR itu ILE APE dan ile UJELEWUN (Omesuri-Buyasuri), sedangkan SEPASANG
PILAR di BARAT itu ILE LEWOTOBI (Laki-Perempuan) dan Ile MANDIRI !
Karo wai, Pohon Kehidupan,
(geocentris): Air, “Wai”
Karo ula, Pohon Pengetahuan
(faunacentris): Ular, “Ula”
Wai-Ula, uli- kelala, : Air-Ular,
jejak-tanda
Uli- kelala noon ulin alan ne :
Jejak-tanda dari asal yang asli
Ulin alan ne Ala : Asal asli Allah
Ala, Ilahi (heliocenris): Matahari,
“Ape-Rera”
Karo Wai usu Warat te-Karo Ula asa
Timu:
Pohon Kehidupan, Barat-Pohon
Pengetahuan,Timur
Ape Rera asa Timu - Helan Wai usu
Warat: Panas di Timur-Dingin di Barat
Asa ehan-Usu tou :
Uak’ken Tukan Wai Matan-Karo Puken:
Satu Asal-Usul di Poros.
Kaka Ari: Kirin-Wewa Ala pen
(Lewotanah ala pen, ATA KEBELE), Poros (“Uak’ken Tukan”)
Arin: Ra Mua Molan Ala pen (
Rerawulan ala pen, ATA MUA MOLAN), Barat (“Warat”)
Kakan: Na Tana Ekan ( Tanah Ala pen,
ATA BELEN), Timur (“Timu”)!
Atlantis, Daratan Awal-Mula Penciptaan
Secara akademis, rujukan tentang
Benua Atlantis yang Hilang, Arysio Santos melalui bukunya “Atlantis The Lost
Contonent Finally Found, (1997), Indonesia Ternyata Tempat Lahir Perdaban
Dunia” (2009) antara lain melalui pembuktian Geologis dan Vulkanis, kajian
berbagai perkembangan peradaban dan kebudayaan besar di dunia. Begitupun
Stephen Oppenheimer dalam bukunya “The Eden is East,(1998), Surga di Timur”
(2010) merujuk ke Kepulaun Sunda Kecil (Nusa Tenggara Timur/NTT-Nusa Tenggara
Barat/NTB) dan Maluku, Sulawesi yang antara lain membuktikan dengan Gen Asli
menunjuk awal mula penyebaran Manusia di dunia dan Bahasa Autronesia sebagai
Bahasa Asli sumber segala bahasa di dunia.
Tentu jauh hari sebelumnya garis
Wallace-Webertelah membuktikan asal flora-fauna di Dunia Lama, yakni Dataran
POROS (NTT-NTB-Maluku, Sulawesi) sebagai wilayah pembagi ke Dataran SAHUL/Timur
(Irian-Aru menyatu AUSTRALIA), dan ke Dataran SUNDA/Barat (Jawa
Purba:Jawa-kalimantan-Sumatra yang menyatu ASIA). Dalam arti flora-Fauna di
Dataran SAHUL tidak bisa ke Dataran SUNDA, begitupun sebaliknya Flora-Fauna
yang ada di Dataran SUNDA tidak bisa ke Dataran SAHUL (bdk Peta buatan Dr.
Harold K. Voris, Kurator dan Kepala Departemen Zoologi pada Field Museum,
Chicago, Illinois, dalam Arysio Santos.hal. 104 dan 150 ).
Dalam arti dapat tercermati bahwa
negeri asal/asli Nuh, Abraham, tentunya wilayah ciptaan awal mula, yang
sesungguhnya menjadi wilayah penciptaan dan kediaman Adam dan Eva, yakni di
Dataran POROS (dengan pulau-pulau kecil lain di lautan pasifik, termasuk
filipina). Wilayah/Dataran ini sebagai listofer (Daratan Baru yang muncul)
akibat tenggelamnya benua (Atlantis), yang populer disebut Benua Atlantis yang
hilang itu.
Hilangnya Benua Atlantis, dalam
dialektika geologi(Bdk Alan Woods dan Ted Grant. “Reason In Revolt”, 1995.
Penerjemah Rafiq. N. “Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Moderen”.
Yogyakarta-IRE Press, 2006 hal. 285-332 ) dapat tertelusuri melalui proses
pemecahan massa benua. Sebelum pemecahan massa benua tahap pertama, zaman
Pangea (Paleozoikum), Zaman Hidup Tua selama 340 juta tahun. Maka telah lebih
dahulu berlangsung Zaman Archeatikum (Arkeazoikum), Zaman Belum ada Kehidupan,
yakni zaman yang sangat panas yang berlangsung selama 2500 juta tahun. Zaman
ini teryakini secara religius sebagai sedang ada persemaian kehidupan
(“pengeraman kehidupan”), yang dilakukan oleh Sang Maha Pencipta. Dalam zaman
Archaean secara ilahi Bumi dierami (dipanasi) oleh Roh, yakni “Roh Tuhan
melayang-layang di atasnya” Genesis 1:2, untuk pembentukan massa bumi (benua).
Bumi (awalnya massa benua) yang
telah mencapai usia 4,6 milyar tahun, era awal kehidupan dimulai dalam zaman
palaeozoikum, yang selanjutnya dikenal juga dengan zaman hidup tua. Zaman ini
dalam dialektika Langit (Matahari/Bulan) dengan Bumi melahirkan makluk hidup
Gangga Laut mewakili flora dan Ikan mewakili fauna Bandingkan Injil Yohanes 1:
1-6: Pada mulanya adalah Firman, firman itu bersama-sama dengan Allah, dan
firman itu adalah Allah. Ia (baca: roh, sabda, firman) pada mulanya
bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia
tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia
ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Tahap pertama pemecahan massa benua
di zaman Pangea (Palaeozoikum), Zaman Hidup Tua selama 340 juta tahun, yang
terbagi lagi dalam Zaman Primer Hidup Tua selama 140 juta tahun, yakni
penentuan Sumbu Timur dan Sumbu Barat massa benua dengan dialiri samudra
Lethis. Penentuan sumbu Timur dan sumbu Barat itu menjadi tittik-titik
terbentuknya Garis Equator (Garis Khatulis Tiwa) yang menghubungkan wilayah
Timur dan Wilayah Barat Sekaligus membagi wilayah utara massa benua dengan
Laurasia, sedangkan wilayah selatan massa benua dengan Gonwandaland.
Tahap kedua Pemecahan massa benua
terjadi di Zaman Mezosoikum, Zaman Hidup Menengah, selama 250 juta hingga 65
juta tahun, yang berakhir 75.000 tahun lalu. Saat itu Daratan India masih di
posisi Selatan Katulistiwa bagian Timur, sehingga India merupakan bagian dari
benua yang hilang itu. Saat itu juga ada Australia dan Antartika, sedangkan
Papua (Irian) tidak dalam satu daratan dengan benua yang hilang itu, karena
saat itu menjadi satu daratan dengan benua Australia. Begitupun daratan Jawa
Purba (mencakup kekinian Pulau Jawa-Sumatra-Kalimantan dan Pulau-pulau Kecil di
sekitar) bagian dari Laurasia.
Tahap ketiga pemecahan massa benua,
menjadi tahap yang menenggelamkan Benua Atlantis (benua yang hilang, 75000
tahun lalu), yakni terbelah Daratan Amerika dari Utara ke Selatan, bergerak ke
Timur menghantam (menghancurkan) Benua yang hilang/Atlantis. Afrika terlepas
dari bagian Daratan Amerika Selatan, bergerak ke Barat, dan meluncur ke atas
menempel pada Laurasia /Dataran Eropa, sehingga membentuk pegunungan Karpatia,
mengurung Samudra Lethys (Samudra Purba) di sumbu Barat menjadi Laut Tengah keknian.
Benua Australia bergerak naik dengan melepaskan Daratan Papua (Pulau Papua
kekinian) ikut menghantam Benua yang hilang/Atlantis, mengakibatkan Daratan
India terdorong naik menempel Laurasia/Daratan Asia, sehingga membentuk barisan
pegunungan Himalaya. Pembentukan barisan pegunungan Himalaya berakibat menekan
ke bawah daratan Asia Tenggara (Jawa Purba dengan berbagai deretan pegunungan)
ikut menindih lempeng Benua Atlantis yang sudah tertabrak (dihancurkan) oleh
lempeng Benua Amerika dan Benua Australia itu. Penghancuran benua Atlantis,
membuat zamudra Purba di sumbu Timur (Pasifik) terbagi ke zamudera Hindia dan
zamudera Atlantik.
Terpahami tahap ketiga pemecahan
massa benua, dalam Dialektika Geologi, dituntun mitos Permusuhan Dua
Bersaudara, yakni Kain/ si Kakak versus Abel/ si Adik (bdk. Oppenheimer, hal.
405-406). Model penghayutan benua melalui mitos penghancuran oleh Ekor Ikan
Raksasa/si Adik, (pencermatan kami sebagai bencana vulkanik/letusan gunung
berapi di dalam samudera). Sedangkan penghancuran benua melalui mitos senjata
geografis Tombak/si Kakak, (dalam pencermatan kami sebagai bencana
vulkanik/letusan gunung berapi di daratan). Bencana Vulkanik ini dapat
terpahami dalam Arysio Santos (hal.61-160 ), bahwa kejadian itu di Indonesia
dalam letusan Gunung Toba (di darat) dan Gunung Krakatau (di Laut),
sesungguhnya terbelahnya gunung Surga (“woka Sanga Burak-ile Toban Dua”) di
Adonara mengakibatkan dialektika gelobal geologis antara lain letusan Gunung
Toba di Sumatra sesungguhnya daratan Laurasia. Terjadi pula dialektika
perputaran arus dunia yang berporos di Watowoko-Ata dei (“Arus Timur” dunia)
dan berporos di Gonsalu-Kopong Dei (“Arus Barat” dunia).
Pemahaman dialektik geologis dan
perputaran arus dunia tentu membantu upaya menyingkap misteri benua yang hilang
sebagai akibat akumulasi (“dialektika”) letusan gunung berapi baik di dalam
samudra maupun di daratan mengepung wilayah Poros/Benua Atlantis. Dapat
tertelusuri dari aspek geologis pertemuan lempeng-lempeng benua menghimpit
lempeng Benua Atlantis. Saling bertubrukan: Australia dari selatan, Amerika
dari barat, dan Asia akibat tubrukan India membentuk Pegunungan Himalaya
(akumulasi tubrukan Afrika terhadap Eropa membentuk pegunungan Karpatia)
menyebabkan tubrukan lempeng Asia Tenggara dari atas, maka terhanyutlah Benua
Atlantis.
Kekunoan Pati-Beda dan penyebaran manusia Awal di dunia
Kerangka Penyebaran awal melalui
terbelahnya gunung surga (woka Sanga Burak-ile Tobang Dua") oleh gunung
BATU ALLAH (gunung Matahari) Ile Boleng (woka Bolen-ile Hadun) mengakhiri zaman
Mezosoikum, dikenal sebagai "Hilangnya Benua Atalntis", terjadi
penyebaran awal yang menempatakan orang mesir-kanaan- mesopotamia di Timur
Tengah yang selalu menyebut asal usul mereka dari tempat Matahari Terbit,
lokasi Gunnug Surga Terbelah, juga suku Bangsa Indian di Amerika, Suku Munda di
India, Bangsa Mongol di Cina sebagai penyebaran ke wilayah Laurasia (belahan
UTARA bumi), "AMA RIKA".
Sedangkan ke wilayah belahan selatan
bumi (Gondawaland) "INA SIKA" itu Aborigin di Australia. Hal ini
menggambarkan bahwa BENUA TENGGELAM di akir zaman Mezosoikum itu tertabrak dari
arah selatan oleh Australia, (INA SIKA) melepaskan daratan baru (listofer)
yakni Papua (Irian), dalam posisi seperti kekinian. Terbendung (“Ama Rika”)
dari arah Utara oleh Amerika dengan terpecahnya Amerika dari Utara ke selatan
melepaskan bagian Afrika dalam posisinya kekinian.
Misteri INA SIKA-AMA RIKA ini
terpahami dalam elaborasi Arysio Santos, "menjaga agar air di Bumi
("INA" SIKA) terpoah ke atas TIDAK BOLEH sampai ke LANGIT, maka
"AMA" RIKA (Amerika) membendungnya dengan menempatkan posisi AFRIKA
(terlepas dari bagian selatan Amerika) seperti posisi afrika kekinian. Hal ini
terpahami dalam bahasa Kitab Suci (bdk. Kejadian 3:1-24) alegori "Dosa Eva
memakan buah pohon pengetahuan" sehingga terusir dari taman firdaus.
"Langit", itu sesungguhnya
"PUNCAK ILE BOLENG" tidak boleh tertutup, karena itu TAKHTA ALLAH
dalam bahasa Kitab Suci (bdk.Yesaya 66:1), begitupun "Bumi" itu
ADONARA adalah pijakan kaki ALLAH (bdk.Yesaya 66:1). Dalam ungkapan "ILE
BOLENG KARA NISA OLA, NISA OLA KARA KOLI LOLON, TITE ATA KOLI LOLON HENA"
("takhtah ALLAH menjadi penunjuk TEMPAT keselamatan UMAT PILIHAN pada
zaman akhir, hari keilahian 3 YESUS KRISTUS ("Kerajaan 1000 Tahun BAPA
jadi nyata di Bumi") dan kelak akhir hari keilahian ke 3 (akhir kerajaan
1000 Tahun) yakni AKHIR ZAMAN ("Pengadilan Takhta Putih, "Ira
Buran" di puncak Ile Bolen, Takhta Allah). Maka BUMI ("ADONARA")
jadi pijakan kaki-NYA (ALLAH), dalam kajian Arysio Santos "sebagai DADA
BUMI yang TIDAK TENGGELAM" ("ADONARA NUHA NEBON: intisari surga yang
TIDAK tenggelam berada di ADONARA").
"Terbelahnya Gunung Surga"
mengakhiri zaman Mezosoikum" (menunjukpenyebaran awal umat asli pilihan
Allah di dunia seperti tergambarkan di atas ) dan memulai era Kuartier zaman
Neozoikum dikenal dengan era "Kejayaan Kekaiseran Atlantis"
menempatkan Ile Boleng sebagai PILAR UTAMA DUNIA/POROS SABUK API DUNIA,
"Poros Cincin API Pasifik"!!! Dalam cermatan Plato kekiseran Atlantis
sebagai "Ibu Kandung Peradaban Dunia", oleh Arysio Santos
mengelaborasinya sebagai "SALIB ATLANTIS", kekinian dalam keyakinan
suku bangsa Lamaholot di Nusa Tenggara Timur mempraktekan sebagai LEWOTANAH
bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/salib-atlantis-lewo-tanah-sepasang-pilar-piramida-yin-yan-dua-loh-batu-filsafat-/1790287664369139/
Kekaiseran Atlantis Hilang karena
meletusnya Belahan Barat gunung Surga ("Rian Wale") sebagai Banjr Nuh
dalam Kitab Suci. Mengakiri era Kuartier zaman Neozoikum memasuki era Tertier
zaman Neozoikum. Kehidupan di era Tertier zaman Neozoikum ini di awali dengan
Nabi Nuh dengan ketiga putranya (Sem, Cham, Javet bersama isteri dengan
anak-anak mereka).
Dalam kaitan kisah sakral mitos keberadan Kerajaan Larantuka (Pou Suku 5-kakang Lewo 10), menunjuk SEM putra sulung Nuh. Terpahami dalam kajian Stephen Oppenheimer melalui "Eden is The East" ("Surga di Timur) menegaskan Nusa Tenggara Timur-Maluku sebagai poros penyebaran awal manusia dunia), sesungguhnya dimulai dari ADONARA ("Dada Bumi yang Tidak tenggelam"). Oppenheimer menegaskan penyebaran di POROS:"Hinga Nara 0-Bahi Lewo 8" (Polynesia, mikronesia, makronesia) simbol daratan baru (listofer) secara radial melalui Sulawesi ke Dayak, cina, amerika, india, timur tengah !!! , di TIMUR "Nele lewo 5-Laka Lewo 10)ke MELANESIA (dari Awololon ke Kedan, Alor Bara Nusa, Timor, ke Timur Indonesia/Dataran Sahul Aru Papua, ke Austalia, Afrika sampai MESIR), di BARAT "Kelen Lewo 5-Keda Lewo 7" ke MELAYUNESIA (dari Lian Lolon ke Ende-Ngada, Manggarai terus ke Barat Indonesia/Dataran Sunda sampai YUNANI, mesopotamia).
Dalam kaitan kisah sakral mitos keberadan Kerajaan Larantuka (Pou Suku 5-kakang Lewo 10), menunjuk SEM putra sulung Nuh. Terpahami dalam kajian Stephen Oppenheimer melalui "Eden is The East" ("Surga di Timur) menegaskan Nusa Tenggara Timur-Maluku sebagai poros penyebaran awal manusia dunia), sesungguhnya dimulai dari ADONARA ("Dada Bumi yang Tidak tenggelam"). Oppenheimer menegaskan penyebaran di POROS:"Hinga Nara 0-Bahi Lewo 8" (Polynesia, mikronesia, makronesia) simbol daratan baru (listofer) secara radial melalui Sulawesi ke Dayak, cina, amerika, india, timur tengah !!! , di TIMUR "Nele lewo 5-Laka Lewo 10)ke MELANESIA (dari Awololon ke Kedan, Alor Bara Nusa, Timor, ke Timur Indonesia/Dataran Sahul Aru Papua, ke Austalia, Afrika sampai MESIR), di BARAT "Kelen Lewo 5-Keda Lewo 7" ke MELAYUNESIA (dari Lian Lolon ke Ende-Ngada, Manggarai terus ke Barat Indonesia/Dataran Sunda sampai YUNANI, mesopotamia).
Kelak bencana meletus gunung Batan
meneggelamkan Lapan terjadi penyebaran ke 3 ke dunia yang dikenal dalam Kitab
Suci sebagai si Abraham Bapa Bangsa keluar dari wilayah POROS, Penunjuk ILe
LABA LEKANG, tercermati terjelaskan oleh Oppenheimer sebagai orang yang kalah
dadu ('judi purba") meninggalkan wilayah, terujuk kepada Mahabrata Kitab
Suci Hindu.
Tiga Tahap penyebaran umat pilihan Allah ke dunia dari ADONARA ini yang kelak dalam Arus balik pertama Kelake Ado Pehan di Bao Keniren dengan turunan 7 bersudara (6 laki, 1 wanita) kesulungan Ama Polus Laga di Lamahelan, sedangkan di KItab Suci Jacob ke Israel dengan turunan 12 Putra. Arus Balik ke 2 Sina-Jawa, di Kitab Suci sebagai kembalinya Israel dari perbudakan Mesir. Arus Balik ke 3 dari Timur Serang Gorang-Barat Kore Bima, dalam Kitab Suci sebagai berakirnya perbudakan Assyur tehadap Israel dan merdekanya yahudi dari Babilonia. Terpahami dalam filosofi kuno lamaholot "koten pana doan, ikung gawe lela, nuan ne balik pupu te tenukak tukan”.
Tiga Tahap penyebaran umat pilihan Allah ke dunia dari ADONARA ini yang kelak dalam Arus balik pertama Kelake Ado Pehan di Bao Keniren dengan turunan 7 bersudara (6 laki, 1 wanita) kesulungan Ama Polus Laga di Lamahelan, sedangkan di KItab Suci Jacob ke Israel dengan turunan 12 Putra. Arus Balik ke 2 Sina-Jawa, di Kitab Suci sebagai kembalinya Israel dari perbudakan Mesir. Arus Balik ke 3 dari Timur Serang Gorang-Barat Kore Bima, dalam Kitab Suci sebagai berakirnya perbudakan Assyur tehadap Israel dan merdekanya yahudi dari Babilonia. Terpahami dalam filosofi kuno lamaholot "koten pana doan, ikung gawe lela, nuan ne balik pupu te tenukak tukan”.
Dialog Plato: Surga yang hilang dan tenggelamnya Kekaiseran
Atalantis
Kekaiseran Atlantis menjadi “ibu
kandung peradaban dunia” dalam “Dialog Plato”, tata Atlantis sebagai Replika
Dunia terelaborasi oleh Arysio Santos sebagai “Salib Atalntis”, “Kosmogram
Atlantis” (bdk.Arysio Santos. hal. 200-203 ). Tercermati dalam posisi Adonara
sebagai “Dada Bumi yang Tidak Tenggelam” menjadi pijakan kaki Allah, dengan
taktahNya di Kawah Ile Boleng “Ira Bura” (bdk. Yesaya 66:1, Matius psl 5-psl 7,
Matius 5:34-37), dapat tergambarkan kekaiseran Atlantis di wilayah
Lamaholot sebagai “gambaran ibu kandung peradaban dunia” dalam gambaran Plato.
Posisi gunung berapi dalam kitab
suci menyebut sebagai alegori dari malekat penjaga/pelindung (bdk. Aryo Santos,
hal.515-518). Dalam pemaknaan gunung api menjadi pilar penanda untuk masuk
dalam wilayah surga yang telah “tertutup”, juga menjadi tanda larangan untuk
tidak boleh memasuki wilayah itu (bdk. Kejadian 3:24). Karena setiap orang yang
memasuki wilayah itu tidak akan selamat, selain mujizat dari Sang Pemilik
kehidupan (bdk. Aryo Santos, hal. 662-663). Dengan demikian posisi “Ile Batu
Tara” menjadi penanda untuk orang tidak boleh memasuki wilayah surga dari Timur
arah Utara untuk sampai di “Meko-Lewo 8”, terus arah Selatan sisi Timur letak
Kekaiseran Awololon (bdk. Arysio Santos, hal. 664) sebelum hilang kekaiseran
itu dalam bencana banjir Nuh yang meninggalkan puing-puing kekinian di pulau
Pasir Putih.
Sedangkan dari arah Barat jalur Selatan
menuju “Kekaiseran Lian Lolong” melalui penunjuk pasangan “Ile Ape Lewotobi
Laki-Wanita”, sebelum Lianlolong hilang dan menjebak terbentuknya “Danau
Asmara” di Tanjung Bunga. Menempatkan Awololong dan Lianlolong dalam
mengelaborasi “Dialog Plato” tentang “Kekaiseran Atlantis” yang dibangun oleh
Poseideon (dewa air) dari barat menyelamatkan Putri di Timur saat benua
tenggelam (surga hilang), mereka kawinmawin mempunyai anak 5 pasang laki.
Melalui ke 5 pasang laki itu didirikan kekaiseran atlantis memulai zaman
Neozoikum (zaman Hidup Baru) menggantikan zaman Meozoikum (zaman Hidup
Menengah).
Kekaiseran itu terbentuk dalam 3
kanal. Tercermati dari dialog Plato itu, maka teramati "Kanal
pertama" itu mengelilngi Adonara sebagai poros dengan pilar utama ile
Boleng. Kanal ke 2 dengan pilar “Ile Ape Lewo Tolok” di timur dan “Ile Lewo
Tobi Laki-Wanita” di Barat. Dipinggir kanal 1 dan 2 di Timur itu letak
“Kekaiseran Awo Lolong”, di Barat menjadi lokasi “Kekaiseran “Lian Lolong”.
Tepi luar kanal ke 2 arah Timur berbatas Lembata dengan Alor Bara Nusa. Tepi
luar kanal 2 sisi Barat berbatasan di cekungan Dataran Tinggi Nita yang menjadi
pemisah antara daerah pengunungan di Maumere Tengah, yakni “Selat” (Petu Sareng
Orin Bao, “NUSA NIPA WARISAN PURBA” .Ende-Flores, Nusa Indah, 1969, hal, 174.
berdasarkan data gunung api dokumentasi Belanda). Kanal 3 itu di sisi Barat ada
air panas, dibuat sawah, pertanian, batas luarnya Manggarai dengan
Sumbawa-Lombok (selat Sape) . Di Timur kanal ke 3 itu batas luarnya tidak berpilar
karena hilangnya benua itu (antara Alor Bara Nusa dengan Aru-Irian listofer
Benua Australia). Teramati Tata Kekaiseran Atlantis sebagai “Replika Dunia”
dalam “Salib Atlantis” ( bdk. Arysio Santos, hal. 200-203) bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/gada-besi-dalam-kitab-suci-gala-rera-wulan-eken-matan-pito-ilen-boleng-kara-nisa/2406987922699107/.
Tercermarti bahwa sesungguhnya
“Kekaiseran Atlantis” yang dibangun oleh Poseidon dan Putri di Timur dipinggir
luar kanal 1 yang berbatasan dengan kanal 2, di Timur dikenal ”Awo Lolong”
sedangkan di Barat dikenal dengan “Lian Lolon”. Di poros kanal 1 yakni pilar
utama berdiri pilar “Ile Boleng” (“woka Bolen-ile Hadun”) menjadi kediaman
Poseidon dan Putri di Timur. Sekalian lokasi pusat pembahasan hal-hal
kekaiseran disebuah gunung di bagian Utara kanal 1 itu (dalam Dialog Plato).
Terpahami wilayah utara itu, tentu termasuk wilayah "Meko" sebagai
wilayah Hinga Nara 0 dengan segala kegaibannya itu. Kekaiseran atlantis ini
hilang saat bencana Nuh dalam kitab suci (bdk, Kejadian 7, 8 ).
Tersimpulkan “Ile Mandiri-woka Tanah
Lolon” menjadi penunjuk pengulangan gunung Batu Allah “Ile Hadun-Woka Bolen”
setelah Banjir Nuh melalui “Sem” putra sulung Nuh (bdk. Taum, hal.49-51 ) untuk
memasuki era Tertier zaman Neozikum Sedangkan “Ile Laba Lekan” di Lembata kelak
menjadi penunjuk bencana hujan api di kitab suci, yakni keluarnya Abraham dari
wilayah asal melalui bencana Lepanbatang. Dalam Mahabrata terlukis orang yang
kalah judi ("main dadu") meninggalkan wilayah itu (bdk. Oppenheimer
hal. 391, 392, 407). versi banjir ikan manu di India berasal dari wilayah
Matahari terbit (Nusa Tenggara dan Maluku). Permainan Lempar Dadu (“Judi”)
versi India, sedangkan pemaknaan sekarang sebagai sebuah kompetisi (adu
kehebatan). Di zaman purba adu kehebatan dalam ketangkasan memanah di kenal
dengan “Laba Lekang”.
Di Pulau Lembata secara geologis ada
gunung bernama Laba Lekang (Ile Labalekang). Nama gunung demikian menggambarkan
judi purba masyarakat di Kepulauan Solor, sebuah permainan purba, dalam adu
ketangkasan para pemain yang dilengkapi dengan Busur dan Panah (atau
sejenisnya) untuk memanah sasaran yang telah disepakati demi menentukan para
pemenangnya. Siapa yang dalam adu ketangkasan memanah itu, lebih banyak
mengenai (tepat memanah) sasaran maka dia yang menang/memenangi pertarungan
itu, atau akan membawa atau memiliki obyek yang dipanah atau dijadikan sasaran
panah itu atau dijadikan taruhan dalam adu ketangkasan itu.
Penutup
Tersimpulkan bahwa “Patigolo Arakia
Ilelolon Ile Boleng Hinga” dengan saudarinya “Sabu Tanah Tukan-Tukan Tena
Lolon” yang memulai era mezosoikum mengakhiri era paleozoikum, pengulangan
dalam “Patigolo Arakia Ile Mandiri Tanah Lolon Rarantuka” (Larantuka) dengan
saudarinya “Hadu Bolen Teniban Duli”yang memulai era Tertier zaman Neozoikum.
Di era Tertier Zaman Neozoikum ini kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleitosen dan Holosin. Zaman Pleitosen (dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba (bdk. proses babakan zaman prasejarah ini dengan Arysio Santos hal 119 s/d 132).
Di era Tertier Zaman Neozoikum ini kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleitosen dan Holosin. Zaman Pleitosen (dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba (bdk. proses babakan zaman prasejarah ini dengan Arysio Santos hal 119 s/d 132).
Setelah era Tertier Pleitosen zaman
Neozoikum ada era Holosen zaman Neozoikum, ditandai dengan bencana “Lepan
Batan”, yang menceraiberaiikan kembali masyarakat di ke 3 wilayah kanal
kekaiseran Atlantis. Dalam Kitab Suci dapat terpahami Abraham diperintahkan
Allah untuk keluar dari negeri asal. Sepertinya setiap wilayah masyarkat adat
yang nama kampung/desa diawali dengan kata “Lama”, sesungguhnya yang memulai
era Holesen zaman Neozoikum ini. Antara lain kediaman purba “Lamahoda”, cs di
kawah “Belahan Barat gunung Surga” (“Rian wale”: “kawah Rian Wale terbentuk
karena letusan yang mengawali letusan gelobal berbagai gunung api untuk terjadi
“Banjir Nuh” menenggelamkan kekaiseran Atlantis, mengakhiri era Kuartier zaman
Neozoikum).
Dengan demikian ada “Duo Pati” yang
menyejarah dalam kisah rakyat kekinian di wilayah ile Mandiri Tana Lolon
(Rarantuka), mungkin saja “Pati Grama” eranya setelah “Patigolo Ara Kian”,
dapat tertelusuri melaui keberadaan kampung/desa yang namanya didahuli dengan
kata “Lama”. Tertelusuri melalui penuturan Marselinus Nurat Maran dan Hendrikus
Regi Maran, menyangkut Kepulauan Solor Purba, melalui ungkapan kata Lamaholot
yang sebenarnya adalah: Lama Ho Olot. Kata Lama berarti: Suku atau Kelompok,
sedangkan Ho Olot berasal dari kata: Hong dan Olot. Kata hong artinya: Muncul
atau timbul atau naik. Sedangkan Olot artinya: bergulung atau bergelombang.
Jadi Lama Ho OLot (LAMA HO LOT) berarti kelompok atau suku yang di hanyutkan
atau di bawa oleh arus dan gelombang sampai terdampar di pantai.
Suku atau kelompok yang dibawah oleh
arus dan gelombang dari tengah laut (suku atau kelompok dari kerajaan Wato Wan
Pito Tanah Parak Wade Lema). Ada dua suku atau kelompok yakni: 1. Dibawah oleh:
Kopong Kuda Wulin Rua Mamung Gojak Taran Pito, yang terdampar di Nuha Atah
Latalah (Werah Miten Jabon Tameng, Keroko Pukang Lapan Batan Tanah Nusar Eban
Belen/Alor). 2. Di bawah oleh: Ama Sadi Boli Burak singga di Ile Belega Lega
Woka Banole-Nole, kemudian berlayar lagi dibawah oleh arus dan gelombang
sehingga terdampar di Pita Belen yakni: Gede Rade Onen. Kemudian Ama Sadi Boli
Burak menancap lembing (tombak) di pasir putih dan menamakan dirinya "Ama
Sadi Hading Gala". Akhirnya sampai sekarang di sebut: Teluk Sina Hading
Gala (Teluk Hading).
Kemudian Ama Sadi Hading Gala
membawa suku atau kelompoknya untuk Tonga Ile Geleng Woka, Seban Neban Raja,
Soba Sagu Tuan terhadap Regi Belen dan Kaum Ile Jadi di kerajaan Eli Matan Pito
Eli Lotak Leluari. Dalam Ae Arah Soba Sagu, Seban Neban Tonga Gelen Raja Tuan
Ile Belen, Ile Talu Suban Woka Ban Doni Mandiri Tanah Lolon, maka Regi Belen
merasa kasihan terhadap Kaum Lau Lewa Luat Dai. Akhirnya Regi Belen
menyampaikan beberapa hal terhadap kaum Lau Lewa Luat Dai (suku atau kelompok
yang di pimpin oleh Ama Sadi Hading Gala), sebagai berikut: 1. Membangunkan pemukiman
untuk suku/ kelompok Ama Sadi Hading Gala dengan nama Lewo Belen (disamping ile
mandiri). 2.Regi Belen menamakan lima nuha bao bajat nebon, sebagai persiapan
penempatan seluruh suku/ kelompok lau lewa luat dai dengan nama suku/ kelompok
menjadi satu yaitu lewo lamaholot tanah ekan bura wakon terdiri dari: 2.1.Wato
rain tanah adam (ile mandiri) mencakupi: baipito lewo lema, rarantukan demon
pagong, titehena, ile bura, wulan gitan, dan tanjung bunga. 2.2 Werah miten
jabon tameng (alor). 2.3. Solor rera gere (lembata).2.4. Solor tega rua
(solor), .2.5. Solor rera lodo (adonara). 3. Regi belen ingin menyatukan kiwan
watan sadik sare, puna tupat mopo rorit, ihiken noon selaka lapiten noon belaon
dein lewo wani tanah hone koke padak bale perik nuba mula bale pake lewo lein
tanah pake suku lain wun. 4. Regi Belen ingin wekan hukat tanah duga dawin ekan
untuk ata lamaholot sedangkan tanah kolen ile ekan matan woka adalah dia yang
sebagai penguasa tunggal (milik Regi Belen dan kaum ile jadi). Dimaksudkan kaum
ile jadi yaitu, sebagai berikut: 1) Bagi Regi Belen yang keturunan dari nurat
belen dan ia mati tanpa keturunan. 2) Barekama Matan Petala, yang menurunkan,
Dihe Ehe Ama dan Ojan Barekama, yaitu suku Ama MARAN yang kini berada di lewo
ema bapa BAIPITO yaitu, lewo mudakaputu tanah ledo lolon lou koke ile bale
woka, nuba sadi lakin bela hara geka!
Pada prinsipnya Lamaholot berasal
dari lau lewa luat dai, ata lamaholot (orang lamaholot) datang dan bermukim
dengan orang-orang keturunan Ata Latalah baik di wera miten jabon tameng (alor)
maupun di wato rain tanah adam di kerajaan Eli Matan Pito Eli Lotak Lelu Arin,
Ra’a mean keleka eban Ile Mandiri. Kata “ata latalah” bermakna orang-orang dan
tanah kediamannya yang di wariskan oleh seorang leluhur yakni Oka Paji Bara Lali
yang adalah anak dari Leu Kumang horong Girek dan Bota Dike Pine Sare. ***
Dataran Oepoi, Kota Karang Kupang,
Tanah Timor, Sabtu 3 Agustus 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar