Kamis, 09 April 2020

Patigolo Arakia Ilelolon Ile Boleng - Patigolo Arakia Tanalolon Ile Mandiri dalam Misteri Taman Surga


Oleh Chris Boro Tokan

Chris Boro Tokan di Puncak Ile Boleng

Pendahuluan
AWAL MULA (awal mula penciptaan), PERADABAN, masih natural-alamiah=ALLAH. Di era dominasi Peradaban ini dikenal dengan ATLANTIS LEMURIA . Jadi peradaban yang mendominasi di era Atlantis Lemuria, berakhir sekitar 80 ribu-70 ribu tahun lalu , sebagai akhir dari zaman Mezosoikum (akhir Siklus Peradaban 1). Substansi ini yang menjadi kecondongan kajian dalam buku TAMAN EDEN DI TIMUR, karya Oppenheimer. Kemudian berkembang kearah ATLANTIS SANG PUTRA, sebagai era KEBUDAYAAN yang mencondongkan karya berbagai manusia Atlantis dan kehancuran-nya di 11.000 tahun lalu dalam peristiwa banjir Nabi NUH, diketahui sebagai akhir zaman Es/Pleistosen, akhir zaman Neozoikum (akhir Siklus Peradaban 2). Kemudian berkembang REPLIKA ATLANTIS yang menempatkan India sebagai pusat perkembangan peradaban yang berakhir 5000 tahun lalu (akhir Siklus Peradaban 3). Sejak 5000 tahun lalu Peradaban dunia bergeser ke Mesir (Dewa Ra/Piramida), Cina (Yin-Yan), Yunani (Filsafat Logika,Etika,Estetika) yang berakhir 2000 tahun lalu (akhir siklus Peradaban 4). Sejak 2000 tahun lalu berkembang Salib Atlantis dalam REPLIKA SALIB KRISTUS di Israel dan Roma, 1500 tahun lalu dalam KOSMOGRAM ATLANTIS(Bulan Bintang) di Arab sebagai Siklus Peradaban 5. Semua itu menjadi kecondongan pembuktian pembahasan Arysio Santos dalam bukunya INDONESIA PUSAT PERADABAN DUNIA. Replika-replika Atlantis itu secara sporadis berkembang di seluruh belahan dunia sampai kekinian dan akan datang!!!

Benar, penegasan Arysio Santos bahwa berbagai sosok hebat yang dipuja dan dikenal sampai kekinian, merupakan putra-putri Atlantis keturunan dewa yang kemudian menyinari seluruh dunia dengan Cahaya Ibu Agung Perawan. Para pahhlawan atau malaikat, dewa-dewi yang berperanan dalam semua perkembangan peradaban , aslinya berasal dari sebuah daratan yang tenggelam dan menghilang di bawah air, persis seperti Atlantis. Kebetulan wilayah delta sungai Gangga disebut Bengal (atau Bengala), sebuah nama yang diturunkan dari bahasa Dravida (beng-ala) dan berarti ”tanah rawa yang tenggelam”. Nama ini sinonim dengan sebutan Atlantis itu sendiri dari bahasa Sansekerta, dari kata a-tala (dataran yang tenggelam) dan karenanya tak ada celah untuk meragukan hubungannya dengan Benua yang Hilang atau Surga yang hilang itu sendiri, yakni berlokasi di Indonesia (Arysio Santos. hal 156).

Roh, AWAL MULA (awal mula penciptaan), PERADABAN, masih natural-alamiah=ALLAH. tercermati berkembang menjadi kata Alam Raya, maha luasdan dasyat sehingga tidak terjangkau. Terungkap dalam bahasa Solor “Masan Raya”, sebagai nama seorang manusia laki-laki. Berkembang ke tahap lebih menyata menjadi nama seorang wanita/putri : “Peni Masan”, dalam ungkapan mendunia sebagai “Pangea atau massa benua”, sedangkan laki-laki dalam bahasa Solor di sebut “Masan Doni”, makna mendunia “massa dunia (benua)” (Bdk Paul Arndt tentang Masan Wahane dan Peni Masan Dai melalui kisah mitos Masan Doni menghadap Lera-Wulan(Matahari-Bulan) dalam Demon und Padzi, Die Feindlichen Bruder Des Solor-Archipels, terpublikasi Athropos, Band XXXlll, (1938), hal 1-58, diindonesiakan Paul Sabon Nama “Demon dan Paji, Dua Bersaudara yang Bermusuhan di Kepulauan Solor, (2002).

Kata “Roh” itu sendiri tertelusuri tersimbol dalam kata “Rera”, “Lera”, bahasa Solor yang berarti “matahari”. Pengungkapan “rera” itu bergeser ke Mesir menjadi “Ra” sebagai dewa Matahari. Alam semesta (makrokosmos), dalam mikrokosmosnya manusia, tersebut Adam dan Eva, dalam sebutan bahasa solor untuk Pria/laki-laki: “Kelake”, simbol dewa Matahari (Adon/Ado) utama/inti (Pehan/Pehin/Pe’in) simbol Adam si Matahari Salib/Langit sebagai laki-laki yang hakiki, bersama Perempuan/Wanita (“Kewae”) Termurni/Terseleksi/Terkebiri (“Sode”) dari “Ile”/Gunung (“Bolen”) simbol Eva si Bumi.

Mencermati “Taman Surga” dalam Paul Arndt
Pati tana teti timu matang rera gere = Pati menghambur tanah nun di Timur tempat
terbitnya matahari
ile Tobang Dua woka Sanga Burak = menjadi gunung Tobang Dua bukit Sanga Burak
mula kayo = menanam pepohonan
ada tale = dan tali temali
ua tawa = dan tumbuhlah rotan
wido tana = menggenggam tanah
Beka pana muan muri = Mereka terbang lagi
dajuk gawe muan muri = dan melintas pergi sekali lagi
mula ile Hadung = menciptakan gunung Hadung
ada woka Boleng = dan bukit Boleng (menyusul nama beberapa gunung
lain)
wato nekuun wahak kae = hingga batu yang dibawa habis
tana nekuun labot kae = tana yang dibawa juga habis
Kukak Kedan Kolon Raja = Kukak Kedan dan Kolon Raja
tutu emang Se maring = menceriterakan kepada ibu Se
bapang Ma = dan bapa Ma
hujang guna io kobu = untuk menggunakan kekuatan ikan hiu
gahing dewa muda gajak = dan keperkasaan buaya
io kobu naan tahik mara = agar hiu dan buaya
muda gajak bewang wai meket = mengeringkan laut dan menyurutkan air.
Se neing menutak ehan = Se memberikan sebungkus
bewelang olong = tanah dan seikat batu
mula ile Mandiri adak woka Tana = menimbun dan membentuk gunung Mandiri dan bukit
Lolong Tanah Lolong (dan nama beberapa gunung yang lain)
mula bao naran Bala = menanam beringin naran Bala
adak wato Lela Lusi = mendirikan batu Lela Lusi.
Hujan guna eko la kewikite = Memanfaatkan kekuatan eko kewikit (burung alap-alap)
gahing dewa manuk Sada Ruda = dan kesaktian Manuk Sada Ruda (ayam)
beka tiro ile Mandiri = terbang menuju gunung Mandiri
dajuk tada woka Tana Lolong = melayang ke bukit Tanah Lolong
tobo teti ile ubun = menghuni puncak gunung
pae teti woka nalekeng = mendiami penghujung bukit.

Tercermati bahwa Penunjuk “Taman Surga-Kebun Firdaus” melalui “awal terang” (woka “Sang’a Burak”) dan pembukaan “Hutan Perawan” (ile “Tobang Du’a”): maka bukit/woka “Seburi” sebagai “Gunung Surga” yakni “woka Sang’a Burak-ile Tobang Du’a” sebagai identitas asli/purba. Posisi asli/awal dari woka Seburi di posisi gunung Boleng sekarang. Sesungguhnya identitas purba gunung Boleng: “woka Bolen-Ile Hadun”. Nama purba gunung bolen itu secara hakiiki bermakna sebagai “gunung matahari yang membela gunung surga”. Kata “membela”dalam ungkapan lamaholot “hi’wek” memakai “kapak”. Makna dari “kapak” dalam lamaholot yakni “soru”. Penelusuran makna kata “soru”, menegaskan “Matahari”, melalui ungkapan “soru leda ledun “ yakni ritus magis mengalahkan musuh tanpa bertarung secara fisik. Diujung pemaknaan ini tertemukan kata asli SURGA yaknii “Sorugoa” bermakna “tempat terbit dan terbenamnya matahari”. Penunjuk kediaman “Adam-Eva” setelah terusir dari “kebun Firdaus” dalam “pengulangan” adalah penyebutan ungkapan “woka Tana Lolon-Ile Mandiri”. Makna ungkapan “woka Tana Lolon-Ile Mandiri” bahwa “hidup di dunia nyata dalam kemandirian”.

Dalam Yoseph Yapi Taum. KISAH WATO WELE –LIA NURAT Dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur. Jakarta-Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1997.hal. 49-51):
Tutu pe me-niku, tutu newa matan= Kisah ini adalah kisah awal mula kebun
Maring mo-hulu raran = Ceritera para penunjuk jalan
Tutu nia kaka bapa, = Kisah dari nenek moyang
Maring nia ama nene = Ceritera dari para leluhur
Puken nia Ema Wato Sem, = bermula dari Ema Wato Sem
Nimun nia Bapa madu Ma, = berawal dari Bapak Madu Ma
Sina Puken-Jawa Nimun = asal mulanya dari Sina Jawa Jauh,
Doan lali Sina Puken = di sana di Pusat Sina

Lela lali Jawa Nimun = Jauh di sana di awal Jawa
….
Ujan enam, gahin bapan, = disuruhnya Ibunya, dimintanya bapanya
Ema eko leka-kwikit = Ibu BurungElang
Bapa gahak tada ruda = Bapak Burung Garuda
Boke kepik rasin lein = merentangkan sayapnya merapatkan kakinya
Beka haka lien gere = terbang kemari melayang ke sini
Tiro ile tada woka, Ile ma Talu Suban,=menuju gunung, mengarah bukit
Woka na Laga Doni = ke gunung Ratu Suban, ke bukit Laga Doni
Mandiri tana lolon, Ile Tuho wutun =Di atas tanah Mandiri, Sang gunung terakhir
Woka Wurin kuit wua = Sang bukit penghabisan.

“Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan” dalam Paul Arndt
Sir James Frazer mengatakan, ‘Pohon Pengetahuan’ merupakan versi lain ‘Pohon Kematian’ di Mesopotamia. Pendapat bangsa Sumeria mengenai potensi dan bahaya dari pengetahuan muncul kembali dalam versi Kehancuran Adam. ‘Dongeng Adapa’ yang lebih tua dari Mesopotamia. “Pengetahuan” yang dilindungi dengan saksama dapat berupa teknologi atau sihir atau keduanya. Dalam sebagian besar masyarakat tradisional, keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan begitu, memiliki ilmu sihir dapat meningkatkan kekuatan pengrajin yang pandai, penguasa yang merangkap sebagai pendeta atau ahli astronomi. Pengetahuan rahasia yang dimiliki oleh penguasa berkasta pendeta, kemungkinan telah menjadi salah satu faktor yang mengubah Mesopotamia dan Mesir kelas atas dari masyarakat petani sukses zaman Neolitikum menjadi budaya hierarki yang kaya. Hal ini tertelusuri dari berbagai catatan arkeologi. Berbagai buku sumber menandai munculnya persamaan yang mengejutkan antarpraktik sihir sebelum Islam Melayu, seperti meramal menggunakan hati ayam, dan itulah penduduk Babilonia Kuno.
Dalam “Religion auf Ostflores, Adonare und Solor” 1951, karya Paul Arndt, SVD, diterjemahkan oleh Paulus Sabon Nama diterbitkan Puslit Candraditya Maumere, dalam judul “Falsafah dan Aktifitas Hidup Manusia di Kepulauan Solor”2003, hal. 34, dapat tercermati “Pohon Kehidupan dan Pohon Kematian” yang asli. Melalui “Koda-Kirin” yang dikumandangkan untuk menolak setiap bencana seperti bagian tuturan berikut:

Leta Pulo Rera Wulan = Mintalah semua dari Rera Wulan
heren lema Tanah Ekan = mohonlah segala dari Tanah Ekan
ema moe Lera Wulan = ibu Lera Wulan
mula bera tobi owe = tanamlah segera asam yang rindang
bapa moe Tanah Ekan = bapa Tanah Ekan
adak bera bao lut = suburkan segera berngin naungan
Nubun bera dike sare = Agar anak-anak bertumbuh baik
barang bera olun oen = bertumbuh tanpa hambatan
nubung weking laeng wai = tubuhnya bening bagai air
barang koten deng kureng = kepalanya berkilau minyak
tobo nala oeng olun = duduk dalam ketenangan
pae nala mara deka = dan kedamaian
nubung nala leing kelea = kakinya ringan melangkah
barang nala anang pealing = badannya gagah tampan
Ema mo Lera wulan = Ibu Lera Wulan
Bapa mo Tanah Ekan = bapa Tanah Ekan
Lera Wulan wai banu = Lera Wulan sebening air
Tana Ekan selan tapo = Tanah Ekan nan sekilau minyak
huk pai peten kae = ingatlah kami selalu
duga pai rehang kae = dan kasihanilah kami
pulo beta bele baat = agar bertumbuh dewasa
lema bauk bau ribit = menjadi kuat dan disegani
Gelekat tuen Lera Wulan = Berbakti kepada Rera Wulan
gewayan golen Tanah Ekan = melayani Tanah Ekan
beta dore doan-doan = setia mengikuti sampai jauh
bauk tematan lela-lela = dan menuruti sampai lama
nubung nala mei menung = agar anak-anak disegari darah
barang nala raan loma = dan dipadati lemak.

Kekinian di Lamaholot mengenal makna “Rera Wulan” sebagai “ama”, bapa simbol pria, makna “Tana Ekan” sebagai “Ina”, ibu, simbol perempuan. Namun dalam telusuran Paul Arndt nampak menjadi sebaliknya makna dua ungkapan itu. Hal ini dapat terpahami dalam penegasan Arysio Santos melalui penelusurannnya tentang mitos terbit dan terbenamnya matahari melalui Vas (lukisn) Yunani kuno yakni seekor naga yang menelan matahari. “Proses penelanan dimulai ketika matahari memasuki dunia ini lewat mulut (saat fajar), dan berakhir ketika matahari keluar dari dunia ini lewat anus (saat matahari terbenam). Dan proses ini diulang secara terbalik ketika matahari memasuki dunia bawah, ketika segala sesuatu di sana berjalan terbalik, termasuk waktu. Makhluk angkasa dinamakan dengan Nut, dewi langit, dan makhluk bumi dengan Geb, dewi bumi. Jenis kelamin mereka sering kali terbolak-balik, dan demikian pula peran mereka. Dewa-dewi fersebut disamakan dengan dua belahan bumi yang terpisah sejak awal masa” (hal.186-187).

Cermatan terhadap telusuran Paul Arndt, sesungguhnya bahwa “Pohon Kehdupan dan Pohon Pengetahuan” yang disebutkan Kitab Suci itu, dalam falsafah dan aktifitas hidup manusia di Kepulauan Solor sesungguhnya “Pohon Asam dan Pohon Beringin”. Kemudian saat “keilahian kehidupan” di “Kebun Firdaus” itu hilang, memunculkan “kehidupan nyata” maka replika “pohon kehidupan dan pohon pengetahuan” dikenal melalui “Pohon Kelapa dan Pohon Pisang”. Dapat tertelusuri lebih lanjut dalam “paken-maken” (ungkapan) Lamaholot “ne’ken tobi-len’nem bao”, “puke’m tobi-wengi’m bao” untuk “Pohon Asam dan Pohon Beringin”, bermakna “keselamatan dan kekuatan hidup kehidupan abadi”. Sedangkan untuk “Pohon Kelapa dan Pohon Pisang” selalu dikenal “muko-tapo” dalam hubungan urusan “bah’i lake” (bagi paman: “opu alap” untuk laki-laki berusia tua yang meninggal, “na’an aman” untuk perempuan berusia tua yang meninggal) demi keselamatan kekuatan hidup kehidupan kekal, abadi bagi yang meninggal.
Dalam Kitab Suci menunjuk mengenai sejatinya hakekat Allah sejauh ditampakan oleh karakter-karakternya seperti dalam Perjanjian Lama menegaskan Allah adalah raham (Mzm 116:5) suatu kualitas yang dilukiskan dari rasa kasih sayang seorang keibuan (1Raj 3:26). Belas kasih adalah karakter dasar Allah yang dekat sekali dengan hesed, kasih setia Allah (Mzm 25:6) yang dicurahkan kepada umat manusia karena janjinya. Dalam karakter raham dan hesed itu Allah mengampuni dan menyembuhkan seperti terhadap setiap bangsa yang menolaknya. “Allah itu penyayang dan pengasih, lamban untuk marah dan berlimpah kasih setia-Nya” (Kel.34:6-7). Kehakikian makna raham dan hesed mengejewantah dalam kemauan untuk memaafkan dan menyembuhkan(Mzm 103:3) serta memberi atau melestarikan hidup (Mzm 119:77), terjelaskan dalam misi “mesias” melalui sosok Yesus Kristus yang datang ke bumi dengan secara ilahi “meminjam” darah dan kedagingan wanita si Maryam/Maria.

Telusuran kritis Lokasi Eden menurut Jewish Encyclopedia: penulis-penulis ternama mengatakan: Targum Yerushalmi menerjemahkan Havalilah dengan Hindiki [HIndustan atau India], dan membiarkan Pison tidak diterjemahkan, Saadia Gaon, dalam terjemahan Arab-nya, menerjemahkan Pison sebagai NIL, yang ditertawakan oleh Ibn Ezra sebagai "sudah jelas-jelas diketahui bahwa Eden berada lebih jauh ke selatan, di Khatulistiwa". Nahmanides sepakat dengan pandangan ini. Ceritra kedatangan orang Yahudi di Yerusalem dari "Aden, tanah tempat Gan Eden [maksudnya Garden of Eden atau Taman Eden] yang termashur dan ternama berada, yaitu di tenggara Assyria"....Sungai Pertama, Pison kemungkinan mengarah ke sungai Indus, yang mengelilingi Hndustan, memperkuat Targum Yerushalmi (bdk. Arysio Santos, hal.505-506).

Mencermati keaslian 4 sungai surga
Telusuran kritis lokasi Eden menurut Jewish Encyclopedia dalam kaitan “Sungai Surga”(Arysio Santos hal.505-506) : penulis-penulis ternama mengatakan: Targum Yerushalmi menerjemahkan Havalilah dengan Hindiki [HIndustan atau India], dan membiarkan Pison tidak diterjemahkan, Saadia Gaon, dalam terjemahan Arab-nya, menerjemahkan Pison sebagai NIL, yang ditertawakan oleh Ibn Ezra sebagai "sudah jelas-jelas diketahui bahwa Eden berada lebih jauh ke selatan, di Khatulistiwa". Nahmanides sepakat dengan pandangan ini. Ceritra kedatangan orang Yahudi di Yerusalem dari "Aden, tanah tempat Gan Eden [maksudnya Garden of Eden atau Taman Eden] yang termashur dan ternama berada, yaitu di tenggara Assyria" … Sungai Pertama, Pison kemungkinan mengarah ke sungai Indus, yang mengelilingi Hndustan, memperkuat Targum Yerushalmi. … Sungai kedua, Gibson, adalah Nil yang dalam perjalanannya mengitari Mesir bersambungan dengan Teluk Aden. Sejumlah pakar menduga bahwa kesulitan menemukan aliran sungai-sungai (Surga) tersebut disebabkan karena saat Banjir Bah sungai-sungai ini juga telah terhenti kehidupannya, sebagian atau seluruhnya, atau telah menemukan saluran keluar bawah tanah. …Sesungguhnya, penyusun Midrash-Gadol sendiri menyatakan sebagai berikut: “Eden berada di sebuah tempat tertentu di muka bumi, tetapi tak satupun makhluk mengetahui di mana tempatnya, dan yang Mahasuci terberkatilah Dia! Hanya akan mengungkap jalan ke sana kepada bangsa Israel pada masa Raja Messiah.

Masa Raja Messiah, sesungguhnya “masa Kerajaan 1000 Tahun” yang kelak dipimpin sendiri oleh sang Isa Al Maseh, Yesus Kristus. Terpahami dalam firman: “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Markus 1:14-15), demikian seruan Sang Guru Ilahi “Yesus Kristus” setelah selesai 40 hari berdoa dan berpuasa di padang gurun. Penegasan Sang Guru itu, tercermati bahwa Ia telah datang untuk “menggenapi waktu keselamatan” umat manusia (“Ata Diken”) melalui kerajaan-Nya yang sudah dekat. Tercermati “sudah dekat” Kerajaan Allah, dalam rentang waktu 3 hari kelilahian seperti yang ditegaskan secara tersirat oleh Sang Guru (bdk. Yohanes 2:13-25): “Rubuhkan Bait Allah ini, selama 3 hari kubangun kembali” (bdk. Matius 16:21, 17:22-23, 20:17-19) dan (bdk. Lukas 9:22).dan (bdk. Markus 8:31). Pemaknaan 3 hari keilahian dalam 3000 tahun keduniaan, yakni 1 hari keilahian bermakna 1000 tahun keduniaan (bdk. Mazmur 90:4, bdk. 2 Petrus 3:8-10).
Maka “pada hari ke 3 keilahian” seperti tersirat injil Matius 16:21, 17:22-23, 20:17-19 dan injil Lukas 9:22, seungguhnya itu “Zaman Akhir”, yakni “zaman Kerajaan 1000 Tahun” di dunia, “Kerajaan Surga di Bumi”, seperti dalam “Doa Bapa Kami” (bdk. Matius 6:5-15). Sedangkan “sesudah hari ke 3 keilahian” seperti tersirat injil Markus 8:31, yakni “sesudah Kerajaan 1000 Tahun” sesungguhnya menegaskan “Akhir Zaman” untuk memasuki “Kerajaan Allah” di surga. Waktu “Akhir Zaman”, yakni “akhir Kerajaan 1000 Tahun”, yakni berakhir hari keilahian ke 3 itu, Anak Manusia dalam kemuliaan-Nya datang melayang-layang di atas awan diiringi para malekat untuk menyelamatkan bumi dengan segala isinya melalui pengadilan/penghakiman “takhta putih”, “Ira Bura” (bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/penghakiman-mesias-yesus-kristus-melalui-keroko-puken-ile-bolen-kara-nisa-ola-ir/2110589715672264/).
Dengan demikian sesungguhnya “keaslian Poros Dunia”, “Nara” (“Nara Raya”), yakni "Uak Tukan, Uma Tukan, Wai Matan-Karo Puken". Nara one (O) Ola dalam pemahaman angka-angka (0-9), melalui “Hinga Nara O”: Kelen 5-Nele 5” ( lokasi asli di “gunung Surga (Raya)” yakni “woka Sanga Burak-Ile Toban Dua” yang terbelah, "Ile Bore" belahan Timur, yakni: “Wai Raya” (poros), simbol dari Nara Raya, Masang Raya , Hinga Nara O: mendialektikakan ke “Nobo-Namang” (utara) sebagai “Kelen 5”- “Kemoti” (selatan) sebagai “Nele 5”). Dalam simbol “Air Kehidupan”: “Wai Raya, wai matan-wai burak, wai puken-wai belen, bah wai wuring, bolak wai bolen, lein wai weran, nuku wutuk wure wai waiwadan”.

Pembagi perairan dunia ke Timur(dari selat Watowoko ke lautan Banda, terusan ke lautan Pasifik), aslinya dari Wai Raya, wai Matan-wai Kou “bah Wai Wuring bolak wai Bolen” (cermatan Arysio Santos sebagai Sungai Pertama, Pison kemungkinan mengarah ke sungai Indus, yang mengelilingi Hndustan, memperkuat Targum Yerushalmi). Sedangkan pembagi perairan dunia ke Barat (dari selat Gonsalu ke lautan Sawu, terusan ke lautan Hindia dan lautan Atlantik), aslinya dari Wai Raya, Wai Burak “lein wai weran, nuku wutuk wure wai waiwadan” ” (cermatan Arysio Santos sebagai Sungai kedua, Gibson, adalah Nil yang dalam perjalanannya mengitari Mesir bersambungan dengan Teluk Aden) . Tercermati pembagian perairan ke dunia Timur dan ke dunia Barat berporos di perairan kepulauan Solor purba dengan Adonara sebagai sumber pembagi, terpahami dalam . “Nyanyian adat”: ...” Ole lau ra pito, fura faga lema”=”Arus Timur Tujuh lapis,Arus Barat Lima rangkap” (Bdk Gregorius Keraf. “Morfologi Dialek Lamalera” (Disertasi):Universitas Indonesia-Jakarta, 1978. . hal 247)

"WAI RAYA- WAI MATAN": Air Kehidupan "geocentris" "UA'KEN TUKAN", dan "floracentirs" ("Karopuken-KEROKOPUKEN ": Pohon Kehidupan) di BELAHAN TIMUR GUNUNG SURGA " ("ile HELAN LANGOWUYO TANAH LAGA DONI") dan ile BOLENG KARA NISA OLA menjadi PILAR UTAMA (poros pilar) dari SEPASANG PILAR di TIMUR & SEPASANG PILAR di BARAT. Tercermati bahwa SEPASANG PILAR di TIMUR itu ILE APE dan ile UJELEWUN (Omesuri-Buyasuri), sedangkan SEPASANG PILAR di BARAT itu ILE LEWOTOBI (Laki-Perempuan) dan Ile MANDIRI !
Karo wai, Pohon Kehidupan, (geocentris): Air, “Wai”
Karo ula, Pohon Pengetahuan (faunacentris): Ular, “Ula”
Wai-Ula, uli- kelala, : Air-Ular, jejak-tanda
Uli- kelala noon ulin alan ne : Jejak-tanda dari asal yang asli
Ulin alan ne Ala : Asal asli Allah
Ala, Ilahi (heliocenris): Matahari, “Ape-Rera”
Karo Wai usu Warat te-Karo Ula asa Timu:
Pohon Kehidupan, Barat-Pohon Pengetahuan,Timur
Ape Rera asa Timu - Helan Wai usu Warat: Panas di Timur-Dingin di Barat
Asa ehan-Usu tou :
Uak’ken Tukan Wai Matan-Karo Puken:
Satu Asal-Usul di Poros.
Kaka Ari: Kirin-Wewa Ala pen (Lewotanah ala pen, ATA KEBELE), Poros (“Uak’ken Tukan”)
Arin: Ra Mua Molan Ala pen ( Rerawulan ala pen, ATA MUA MOLAN), Barat (“Warat”)
Kakan: Na Tana Ekan ( Tanah Ala pen, ATA BELEN), Timur (“Timu”)!

Atlantis, Daratan Awal-Mula Penciptaan
Secara akademis, rujukan tentang Benua Atlantis yang Hilang, Arysio Santos melalui bukunya “Atlantis The Lost Contonent Finally Found, (1997), Indonesia Ternyata Tempat Lahir Perdaban Dunia” (2009) antara lain melalui pembuktian Geologis dan Vulkanis, kajian berbagai perkembangan peradaban dan kebudayaan besar di dunia. Begitupun Stephen Oppenheimer dalam bukunya “The Eden is East,(1998), Surga di Timur” (2010) merujuk ke Kepulaun Sunda Kecil (Nusa Tenggara Timur/NTT-Nusa Tenggara Barat/NTB) dan Maluku, Sulawesi yang antara lain membuktikan dengan Gen Asli menunjuk awal mula penyebaran Manusia di dunia dan Bahasa Autronesia sebagai Bahasa Asli sumber segala bahasa di dunia.

Tentu jauh hari sebelumnya garis Wallace-Webertelah membuktikan asal flora-fauna di Dunia Lama, yakni Dataran POROS (NTT-NTB-Maluku, Sulawesi) sebagai wilayah pembagi ke Dataran SAHUL/Timur (Irian-Aru menyatu AUSTRALIA), dan ke Dataran SUNDA/Barat (Jawa Purba:Jawa-kalimantan-Sumatra yang menyatu ASIA). Dalam arti flora-Fauna di Dataran SAHUL tidak bisa ke Dataran SUNDA, begitupun sebaliknya Flora-Fauna yang ada di Dataran SUNDA tidak bisa ke Dataran SAHUL (bdk Peta buatan Dr. Harold K. Voris, Kurator dan Kepala Departemen Zoologi pada Field Museum, Chicago, Illinois, dalam Arysio Santos.hal. 104 dan 150 ).

Dalam arti dapat tercermati bahwa negeri asal/asli Nuh, Abraham, tentunya wilayah ciptaan awal mula, yang sesungguhnya menjadi wilayah penciptaan dan kediaman Adam dan Eva, yakni di Dataran POROS (dengan pulau-pulau kecil lain di lautan pasifik, termasuk filipina). Wilayah/Dataran ini sebagai listofer (Daratan Baru yang muncul) akibat tenggelamnya benua (Atlantis), yang populer disebut Benua Atlantis yang hilang itu.

Hilangnya Benua Atlantis, dalam dialektika geologi(Bdk Alan Woods dan Ted Grant. “Reason In Revolt”, 1995. Penerjemah Rafiq. N. “Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Moderen”. Yogyakarta-IRE Press, 2006 hal. 285-332 ) dapat tertelusuri melalui proses pemecahan massa benua. Sebelum pemecahan massa benua tahap pertama, zaman Pangea (Paleozoikum), Zaman Hidup Tua selama 340 juta tahun. Maka telah lebih dahulu berlangsung Zaman Archeatikum (Arkeazoikum), Zaman Belum ada Kehidupan, yakni zaman yang sangat panas yang berlangsung selama 2500 juta tahun. Zaman ini teryakini secara religius sebagai sedang ada persemaian kehidupan (“pengeraman kehidupan”), yang dilakukan oleh Sang Maha Pencipta. Dalam zaman Archaean secara ilahi Bumi dierami (dipanasi) oleh Roh, yakni “Roh Tuhan melayang-layang di atasnya” Genesis 1:2, untuk pembentukan massa bumi (benua).

Bumi (awalnya massa benua) yang telah mencapai usia 4,6 milyar tahun, era awal kehidupan dimulai dalam zaman palaeozoikum, yang selanjutnya dikenal juga dengan zaman hidup tua. Zaman ini dalam dialektika Langit (Matahari/Bulan) dengan Bumi melahirkan makluk hidup Gangga Laut mewakili flora dan Ikan mewakili fauna Bandingkan Injil Yohanes 1: 1-6: Pada mulanya adalah Firman, firman itu bersama-sama dengan Allah, dan firman itu adalah Allah. Ia (baca: roh, sabda, firman) pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Tahap pertama pemecahan massa benua di zaman Pangea (Palaeozoikum), Zaman Hidup Tua selama 340 juta tahun, yang terbagi lagi dalam Zaman Primer Hidup Tua selama 140 juta tahun, yakni penentuan Sumbu Timur dan Sumbu Barat massa benua dengan dialiri samudra Lethis. Penentuan sumbu Timur dan sumbu Barat itu menjadi tittik-titik terbentuknya Garis Equator (Garis Khatulis Tiwa) yang menghubungkan wilayah Timur dan Wilayah Barat Sekaligus membagi wilayah utara massa benua dengan Laurasia, sedangkan wilayah selatan massa benua dengan Gonwandaland.

Tahap kedua Pemecahan massa benua terjadi di Zaman Mezosoikum, Zaman Hidup Menengah, selama 250 juta hingga 65 juta tahun, yang berakhir 75.000 tahun lalu. Saat itu Daratan India masih di posisi Selatan Katulistiwa bagian Timur, sehingga India merupakan bagian dari benua yang hilang itu. Saat itu juga ada Australia dan Antartika, sedangkan Papua (Irian) tidak dalam satu daratan dengan benua yang hilang itu, karena saat itu menjadi satu daratan dengan benua Australia. Begitupun daratan Jawa Purba (mencakup kekinian Pulau Jawa-Sumatra-Kalimantan dan Pulau-pulau Kecil di sekitar) bagian dari Laurasia.

Tahap ketiga pemecahan massa benua, menjadi tahap yang menenggelamkan Benua Atlantis (benua yang hilang, 75000 tahun lalu), yakni terbelah Daratan Amerika dari Utara ke Selatan, bergerak ke Timur menghantam (menghancurkan) Benua yang hilang/Atlantis. Afrika terlepas dari bagian Daratan Amerika Selatan, bergerak ke Barat, dan meluncur ke atas menempel pada Laurasia /Dataran Eropa, sehingga membentuk pegunungan Karpatia, mengurung Samudra Lethys (Samudra Purba) di sumbu Barat menjadi Laut Tengah keknian. Benua Australia bergerak naik dengan melepaskan Daratan Papua (Pulau Papua kekinian) ikut menghantam Benua yang hilang/Atlantis, mengakibatkan Daratan India terdorong naik menempel Laurasia/Daratan Asia, sehingga membentuk barisan pegunungan Himalaya. Pembentukan barisan pegunungan Himalaya berakibat menekan ke bawah daratan Asia Tenggara (Jawa Purba dengan berbagai deretan pegunungan) ikut menindih lempeng Benua Atlantis yang sudah tertabrak (dihancurkan) oleh lempeng Benua Amerika dan Benua Australia itu. Penghancuran benua Atlantis, membuat zamudra Purba di sumbu Timur (Pasifik) terbagi ke zamudera Hindia dan zamudera Atlantik.

Terpahami tahap ketiga pemecahan massa benua, dalam Dialektika Geologi, dituntun mitos Permusuhan Dua Bersaudara, yakni Kain/ si Kakak versus Abel/ si Adik (bdk. Oppenheimer, hal. 405-406). Model penghayutan benua melalui mitos penghancuran oleh Ekor Ikan Raksasa/si Adik, (pencermatan kami sebagai bencana vulkanik/letusan gunung berapi di dalam samudera). Sedangkan penghancuran benua melalui mitos senjata geografis Tombak/si Kakak, (dalam pencermatan kami sebagai bencana vulkanik/letusan gunung berapi di daratan). Bencana Vulkanik ini dapat terpahami dalam Arysio Santos (hal.61-160 ), bahwa kejadian itu di Indonesia dalam letusan Gunung Toba (di darat) dan Gunung Krakatau (di Laut), sesungguhnya terbelahnya gunung Surga (“woka Sanga Burak-ile Toban Dua”) di Adonara mengakibatkan dialektika gelobal geologis antara lain letusan Gunung Toba di Sumatra sesungguhnya daratan Laurasia. Terjadi pula dialektika perputaran arus dunia yang berporos di Watowoko-Ata dei (“Arus Timur” dunia) dan berporos di Gonsalu-Kopong Dei (“Arus Barat” dunia).

Pemahaman dialektik geologis dan perputaran arus dunia tentu membantu upaya menyingkap misteri benua yang hilang sebagai akibat akumulasi (“dialektika”) letusan gunung berapi baik di dalam samudra maupun di daratan mengepung wilayah Poros/Benua Atlantis. Dapat tertelusuri dari aspek geologis pertemuan lempeng-lempeng benua menghimpit lempeng Benua Atlantis. Saling bertubrukan: Australia dari selatan, Amerika dari barat, dan Asia akibat tubrukan India membentuk Pegunungan Himalaya (akumulasi tubrukan Afrika terhadap Eropa membentuk pegunungan Karpatia) menyebabkan tubrukan lempeng Asia Tenggara dari atas, maka terhanyutlah Benua Atlantis.

Kekunoan Pati-Beda dan penyebaran manusia Awal di dunia
Kerangka Penyebaran awal melalui terbelahnya gunung surga (woka Sanga Burak-ile Tobang Dua") oleh gunung BATU ALLAH (gunung Matahari) Ile Boleng (woka Bolen-ile Hadun) mengakhiri zaman Mezosoikum, dikenal sebagai "Hilangnya Benua Atalntis", terjadi penyebaran awal yang menempatakan orang mesir-kanaan- mesopotamia di Timur Tengah yang selalu menyebut asal usul mereka dari tempat Matahari Terbit, lokasi Gunnug Surga Terbelah, juga suku Bangsa Indian di Amerika, Suku Munda di India, Bangsa Mongol di Cina sebagai penyebaran ke wilayah Laurasia (belahan UTARA bumi), "AMA RIKA".
Sedangkan ke wilayah belahan selatan bumi (Gondawaland) "INA SIKA" itu Aborigin di Australia. Hal ini menggambarkan bahwa BENUA TENGGELAM di akir zaman Mezosoikum itu tertabrak dari arah selatan oleh Australia, (INA SIKA) melepaskan daratan baru (listofer) yakni Papua (Irian), dalam posisi seperti kekinian. Terbendung (“Ama Rika”) dari arah Utara oleh Amerika dengan terpecahnya Amerika dari Utara ke selatan melepaskan bagian Afrika dalam posisinya kekinian.

Misteri INA SIKA-AMA RIKA ini terpahami dalam elaborasi Arysio Santos, "menjaga agar air di Bumi ("INA" SIKA) terpoah ke atas TIDAK BOLEH sampai ke LANGIT, maka "AMA" RIKA (Amerika) membendungnya dengan menempatkan posisi AFRIKA (terlepas dari bagian selatan Amerika) seperti posisi afrika kekinian. Hal ini terpahami dalam bahasa Kitab Suci (bdk. Kejadian 3:1-24) alegori "Dosa Eva memakan buah pohon pengetahuan" sehingga terusir dari taman firdaus.

"Langit", itu sesungguhnya "PUNCAK ILE BOLENG" tidak boleh tertutup, karena itu TAKHTA ALLAH dalam bahasa Kitab Suci (bdk.Yesaya 66:1), begitupun "Bumi" itu ADONARA adalah pijakan kaki ALLAH (bdk.Yesaya 66:1). Dalam ungkapan "ILE BOLENG KARA NISA OLA, NISA OLA KARA KOLI LOLON, TITE ATA KOLI LOLON HENA" ("takhtah ALLAH menjadi penunjuk TEMPAT keselamatan UMAT PILIHAN pada zaman akhir, hari keilahian 3 YESUS KRISTUS ("Kerajaan 1000 Tahun BAPA jadi nyata di Bumi") dan kelak akhir hari keilahian ke 3 (akhir kerajaan 1000 Tahun) yakni AKHIR ZAMAN ("Pengadilan Takhta Putih, "Ira Buran" di puncak Ile Bolen, Takhta Allah). Maka BUMI ("ADONARA") jadi pijakan kaki-NYA (ALLAH), dalam kajian Arysio Santos "sebagai DADA BUMI yang TIDAK TENGGELAM" ("ADONARA NUHA NEBON: intisari surga yang TIDAK tenggelam berada di ADONARA").

"Terbelahnya Gunung Surga" mengakhiri zaman Mezosoikum" (menunjukpenyebaran awal umat asli pilihan Allah di dunia seperti tergambarkan di atas ) dan memulai era Kuartier zaman Neozoikum dikenal dengan era "Kejayaan Kekaiseran Atlantis" menempatkan Ile Boleng sebagai PILAR UTAMA DUNIA/POROS SABUK API DUNIA, "Poros Cincin API Pasifik"!!! Dalam cermatan Plato kekiseran Atlantis sebagai "Ibu Kandung Peradaban Dunia", oleh Arysio Santos mengelaborasinya sebagai "SALIB ATLANTIS", kekinian dalam keyakinan suku bangsa Lamaholot di Nusa Tenggara Timur mempraktekan sebagai LEWOTANAH bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/salib-atlantis-lewo-tanah-sepasang-pilar-piramida-yin-yan-dua-loh-batu-filsafat-/1790287664369139/
Kekaiseran Atlantis Hilang karena meletusnya Belahan Barat gunung Surga ("Rian Wale") sebagai Banjr Nuh dalam Kitab Suci. Mengakiri era Kuartier zaman Neozoikum memasuki era Tertier zaman Neozoikum. Kehidupan di era Tertier zaman Neozoikum ini di awali dengan Nabi Nuh dengan ketiga putranya (Sem, Cham, Javet bersama isteri dengan anak-anak mereka).

Dalam kaitan kisah sakral mitos keberadan Kerajaan Larantuka (Pou Suku 5-kakang Lewo 10), menunjuk SEM putra sulung Nuh. Terpahami dalam kajian Stephen Oppenheimer melalui "Eden is The East" ("Surga di Timur) menegaskan Nusa Tenggara Timur-Maluku sebagai poros penyebaran awal manusia dunia), sesungguhnya dimulai dari ADONARA ("Dada Bumi yang Tidak tenggelam"). Oppenheimer menegaskan penyebaran di POROS:"Hinga Nara 0-Bahi Lewo 8" (Polynesia, mikronesia, makronesia) simbol daratan baru (listofer) secara radial melalui Sulawesi ke Dayak, cina, amerika, india, timur tengah !!! , di TIMUR "Nele lewo 5-Laka Lewo 10)ke MELANESIA (dari Awololon ke Kedan, Alor Bara Nusa, Timor, ke Timur Indonesia/Dataran Sahul Aru Papua, ke Austalia, Afrika sampai MESIR), di BARAT "Kelen Lewo 5-Keda Lewo 7" ke MELAYUNESIA (dari Lian Lolon ke Ende-Ngada, Manggarai terus ke Barat Indonesia/Dataran Sunda sampai YUNANI, mesopotamia).
Kelak bencana meletus gunung Batan meneggelamkan Lapan terjadi penyebaran ke 3 ke dunia yang dikenal dalam Kitab Suci sebagai si Abraham Bapa Bangsa keluar dari wilayah POROS, Penunjuk ILe LABA LEKANG, tercermati terjelaskan oleh Oppenheimer sebagai orang yang kalah dadu ('judi purba") meninggalkan wilayah, terujuk kepada Mahabrata Kitab Suci Hindu.

Tiga Tahap penyebaran umat pilihan Allah ke dunia dari ADONARA ini yang kelak dalam Arus balik pertama Kelake Ado Pehan di Bao Keniren dengan turunan 7 bersudara (6 laki, 1 wanita) kesulungan Ama Polus Laga di Lamahelan, sedangkan di KItab Suci Jacob ke Israel dengan turunan 12 Putra. Arus Balik ke 2 Sina-Jawa, di Kitab Suci sebagai kembalinya Israel dari perbudakan Mesir. Arus Balik ke 3 dari Timur Serang Gorang-Barat Kore Bima, dalam Kitab Suci sebagai berakirnya perbudakan Assyur tehadap Israel dan merdekanya yahudi dari Babilonia. Terpahami dalam filosofi kuno lamaholot "koten pana doan, ikung gawe lela, nuan ne balik pupu te tenukak tukan”.

Dialog Plato: Surga yang hilang dan tenggelamnya Kekaiseran Atalantis
Kekaiseran Atlantis menjadi “ibu kandung peradaban dunia” dalam “Dialog Plato”, tata Atlantis sebagai Replika Dunia terelaborasi oleh Arysio Santos sebagai “Salib Atalntis”, “Kosmogram Atlantis” (bdk.Arysio Santos. hal. 200-203 ). Tercermati dalam posisi Adonara sebagai “Dada Bumi yang Tidak Tenggelam” menjadi pijakan kaki Allah, dengan taktahNya di Kawah Ile Boleng “Ira Bura” (bdk. Yesaya 66:1, Matius psl 5-psl 7, Matius 5:34-37), dapat tergambarkan kekaiseran Atlantis di wilayah Lamaholot sebagai “gambaran ibu kandung peradaban dunia” dalam gambaran Plato.

Posisi gunung berapi dalam kitab suci menyebut sebagai alegori dari malekat penjaga/pelindung (bdk. Aryo Santos, hal.515-518). Dalam pemaknaan gunung api menjadi pilar penanda untuk masuk dalam wilayah surga yang telah “tertutup”, juga menjadi tanda larangan untuk tidak boleh memasuki wilayah itu (bdk. Kejadian 3:24). Karena setiap orang yang memasuki wilayah itu tidak akan selamat, selain mujizat dari Sang Pemilik kehidupan (bdk. Aryo Santos, hal. 662-663). Dengan demikian posisi “Ile Batu Tara” menjadi penanda untuk orang tidak boleh memasuki wilayah surga dari Timur arah Utara untuk sampai di “Meko-Lewo 8”, terus arah Selatan sisi Timur letak Kekaiseran Awololon (bdk. Arysio Santos, hal. 664) sebelum hilang kekaiseran itu dalam bencana banjir Nuh yang meninggalkan puing-puing kekinian di pulau Pasir Putih.

Sedangkan dari arah Barat jalur Selatan menuju “Kekaiseran Lian Lolong” melalui penunjuk pasangan “Ile Ape Lewotobi Laki-Wanita”, sebelum Lianlolong hilang dan menjebak terbentuknya “Danau Asmara” di Tanjung Bunga. Menempatkan Awololong dan Lianlolong dalam mengelaborasi “Dialog Plato” tentang “Kekaiseran Atlantis” yang dibangun oleh Poseideon (dewa air) dari barat menyelamatkan Putri di Timur saat benua tenggelam (surga hilang), mereka kawinmawin mempunyai anak 5 pasang laki. Melalui ke 5 pasang laki itu didirikan kekaiseran atlantis memulai zaman Neozoikum (zaman Hidup Baru) menggantikan zaman Meozoikum (zaman Hidup Menengah).

Kekaiseran itu terbentuk dalam 3 kanal. Tercermati dari dialog Plato itu, maka teramati "Kanal pertama" itu mengelilngi Adonara sebagai poros dengan pilar utama ile Boleng. Kanal ke 2 dengan pilar “Ile Ape Lewo Tolok” di timur dan “Ile Lewo Tobi Laki-Wanita” di Barat. Dipinggir kanal 1 dan 2 di Timur itu letak “Kekaiseran Awo Lolong”, di Barat menjadi lokasi “Kekaiseran “Lian Lolong”. Tepi luar kanal ke 2 arah Timur berbatas Lembata dengan Alor Bara Nusa. Tepi luar kanal 2 sisi Barat berbatasan di cekungan Dataran Tinggi Nita yang menjadi pemisah antara daerah pengunungan di Maumere Tengah, yakni “Selat” (Petu Sareng Orin Bao, “NUSA NIPA WARISAN PURBA” .Ende-Flores, Nusa Indah, 1969, hal, 174. berdasarkan data gunung api dokumentasi Belanda). Kanal 3 itu di sisi Barat ada air panas, dibuat sawah, pertanian, batas luarnya Manggarai dengan Sumbawa-Lombok (selat Sape) . Di Timur kanal ke 3 itu batas luarnya tidak berpilar karena hilangnya benua itu (antara Alor Bara Nusa dengan Aru-Irian listofer Benua Australia). Teramati Tata Kekaiseran Atlantis sebagai “Replika Dunia” dalam “Salib Atlantis” ( bdk. Arysio Santos, hal. 200-203) bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/gada-besi-dalam-kitab-suci-gala-rera-wulan-eken-matan-pito-ilen-boleng-kara-nisa/2406987922699107/.

Tercermarti bahwa sesungguhnya “Kekaiseran Atlantis” yang dibangun oleh Poseidon dan Putri di Timur dipinggir luar kanal 1 yang berbatasan dengan kanal 2, di Timur dikenal ”Awo Lolong” sedangkan di Barat dikenal dengan “Lian Lolon”. Di poros kanal 1 yakni pilar utama berdiri pilar “Ile Boleng” (“woka Bolen-ile Hadun”) menjadi kediaman Poseidon dan Putri di Timur. Sekalian lokasi pusat pembahasan hal-hal kekaiseran disebuah gunung di bagian Utara kanal 1 itu (dalam Dialog Plato). Terpahami wilayah utara itu, tentu termasuk wilayah "Meko" sebagai wilayah Hinga Nara 0 dengan segala kegaibannya itu. Kekaiseran atlantis ini hilang saat bencana Nuh dalam kitab suci (bdk, Kejadian 7, 8 ).

Tersimpulkan “Ile Mandiri-woka Tanah Lolon” menjadi penunjuk pengulangan gunung Batu Allah “Ile Hadun-Woka Bolen” setelah Banjir Nuh melalui “Sem” putra sulung Nuh (bdk. Taum, hal.49-51 ) untuk memasuki era Tertier zaman Neozikum Sedangkan “Ile Laba Lekan” di Lembata kelak menjadi penunjuk bencana hujan api di kitab suci, yakni keluarnya Abraham dari wilayah asal melalui bencana Lepanbatang. Dalam Mahabrata terlukis orang yang kalah judi ("main dadu") meninggalkan wilayah itu (bdk. Oppenheimer hal. 391, 392, 407). versi banjir ikan manu di India berasal dari wilayah Matahari terbit (Nusa Tenggara dan Maluku). Permainan Lempar Dadu (“Judi”) versi India, sedangkan pemaknaan sekarang sebagai sebuah kompetisi (adu kehebatan). Di zaman purba adu kehebatan dalam ketangkasan memanah di kenal dengan “Laba Lekang”.

Di Pulau Lembata secara geologis ada gunung bernama Laba Lekang (Ile Labalekang). Nama gunung demikian menggambarkan judi purba masyarakat di Kepulauan Solor, sebuah permainan purba, dalam adu ketangkasan para pemain yang dilengkapi dengan Busur dan Panah (atau sejenisnya) untuk memanah sasaran yang telah disepakati demi menentukan para pemenangnya. Siapa yang dalam adu ketangkasan memanah itu, lebih banyak mengenai (tepat memanah) sasaran maka dia yang menang/memenangi pertarungan itu, atau akan membawa atau memiliki obyek yang dipanah atau dijadikan sasaran panah itu atau dijadikan taruhan dalam adu ketangkasan itu.

Penutup
Tersimpulkan bahwa “Patigolo Arakia Ilelolon Ile Boleng Hinga” dengan saudarinya “Sabu Tanah Tukan-Tukan Tena Lolon” yang memulai era mezosoikum mengakhiri era paleozoikum, pengulangan dalam “Patigolo Arakia Ile Mandiri Tanah Lolon Rarantuka” (Larantuka) dengan saudarinya “Hadu Bolen Teniban Duli”yang memulai era Tertier zaman Neozoikum.
Di era Tertier Zaman Neozoikum ini kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleitosen dan Holosin. Zaman Pleitosen (dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba (bdk. proses babakan zaman prasejarah ini dengan Arysio Santos hal 119 s/d 132).

Setelah era Tertier Pleitosen zaman Neozoikum ada era Holosen zaman Neozoikum, ditandai dengan bencana “Lepan Batan”, yang menceraiberaiikan kembali masyarakat di ke 3 wilayah kanal kekaiseran Atlantis. Dalam Kitab Suci dapat terpahami Abraham diperintahkan Allah untuk keluar dari negeri asal. Sepertinya setiap wilayah masyarkat adat yang nama kampung/desa diawali dengan kata “Lama”, sesungguhnya yang memulai era Holesen zaman Neozoikum ini. Antara lain kediaman purba “Lamahoda”, cs di kawah “Belahan Barat gunung Surga” (“Rian wale”: “kawah Rian Wale terbentuk karena letusan yang mengawali letusan gelobal berbagai gunung api untuk terjadi “Banjir Nuh” menenggelamkan kekaiseran Atlantis, mengakhiri era Kuartier zaman Neozoikum).

Dengan demikian ada “Duo Pati” yang menyejarah dalam kisah rakyat kekinian di wilayah ile Mandiri Tana Lolon (Rarantuka), mungkin saja “Pati Grama” eranya setelah “Patigolo Ara Kian”, dapat tertelusuri melaui keberadaan kampung/desa yang namanya didahuli dengan kata “Lama”. Tertelusuri melalui penuturan Marselinus Nurat Maran dan Hendrikus Regi Maran, menyangkut Kepulauan Solor Purba, melalui ungkapan kata Lamaholot yang sebenarnya adalah: Lama Ho Olot. Kata Lama berarti: Suku atau Kelompok, sedangkan Ho Olot berasal dari kata: Hong dan Olot. Kata hong artinya: Muncul atau timbul atau naik. Sedangkan Olot artinya: bergulung atau bergelombang. Jadi Lama Ho OLot (LAMA HO LOT) berarti kelompok atau suku yang di hanyutkan atau di bawa oleh arus dan gelombang sampai terdampar di pantai.
Suku atau kelompok yang dibawah oleh arus dan gelombang dari tengah laut (suku atau kelompok dari kerajaan Wato Wan Pito Tanah Parak Wade Lema). Ada dua suku atau kelompok yakni: 1. Dibawah oleh: Kopong Kuda Wulin Rua Mamung Gojak Taran Pito, yang terdampar di Nuha Atah Latalah (Werah Miten Jabon Tameng, Keroko Pukang Lapan Batan Tanah Nusar Eban Belen/Alor). 2. Di bawah oleh: Ama Sadi Boli Burak singga di Ile Belega Lega Woka Banole-Nole, kemudian berlayar lagi dibawah oleh arus dan gelombang sehingga terdampar di Pita Belen yakni: Gede Rade Onen. Kemudian Ama Sadi Boli Burak menancap lembing (tombak) di pasir putih dan menamakan dirinya "Ama Sadi Hading Gala". Akhirnya sampai sekarang di sebut: Teluk Sina Hading Gala (Teluk Hading).

Kemudian Ama Sadi Hading Gala membawa suku atau kelompoknya untuk Tonga Ile Geleng Woka, Seban Neban Raja, Soba Sagu Tuan terhadap Regi Belen dan Kaum Ile Jadi di kerajaan Eli Matan Pito Eli Lotak Leluari. Dalam Ae Arah Soba Sagu, Seban Neban Tonga Gelen Raja Tuan Ile Belen, Ile Talu Suban Woka Ban Doni Mandiri Tanah Lolon, maka Regi Belen merasa kasihan terhadap Kaum Lau Lewa Luat Dai. Akhirnya Regi Belen menyampaikan beberapa hal terhadap kaum Lau Lewa Luat Dai (suku atau kelompok yang di pimpin oleh Ama Sadi Hading Gala), sebagai berikut: 1. Membangunkan pemukiman untuk suku/ kelompok Ama Sadi Hading Gala dengan nama Lewo Belen (disamping ile mandiri). 2.Regi Belen menamakan lima nuha bao bajat nebon, sebagai persiapan penempatan seluruh suku/ kelompok lau lewa luat dai dengan nama suku/ kelompok menjadi satu yaitu lewo lamaholot tanah ekan bura wakon terdiri dari: 2.1.Wato rain tanah adam (ile mandiri) mencakupi: baipito lewo lema, rarantukan demon pagong, titehena, ile bura, wulan gitan, dan tanjung bunga. 2.2 Werah miten jabon tameng (alor). 2.3. Solor rera gere (lembata).2.4. Solor tega rua (solor), .2.5. Solor rera lodo (adonara). 3. Regi belen ingin menyatukan kiwan watan sadik sare, puna tupat mopo rorit, ihiken noon selaka lapiten noon belaon dein lewo wani tanah hone koke padak bale perik nuba mula bale pake lewo lein tanah pake suku lain wun. 4. Regi Belen ingin wekan hukat tanah duga dawin ekan untuk ata lamaholot sedangkan tanah kolen ile ekan matan woka adalah dia yang sebagai penguasa tunggal (milik Regi Belen dan kaum ile jadi). Dimaksudkan kaum ile jadi yaitu, sebagai berikut: 1) Bagi Regi Belen yang keturunan dari nurat belen dan ia mati tanpa keturunan. 2) Barekama Matan Petala, yang menurunkan, Dihe Ehe Ama dan Ojan Barekama, yaitu suku Ama MARAN yang kini berada di lewo ema bapa BAIPITO yaitu, lewo mudakaputu tanah ledo lolon lou koke ile bale woka, nuba sadi lakin bela hara geka!

Pada prinsipnya Lamaholot berasal dari lau lewa luat dai, ata lamaholot (orang lamaholot) datang dan bermukim dengan orang-orang keturunan Ata Latalah baik di wera miten jabon tameng (alor) maupun di wato rain tanah adam di kerajaan Eli Matan Pito Eli Lotak Lelu Arin, Ra’a mean keleka eban Ile Mandiri. Kata “ata latalah” bermakna orang-orang dan tanah kediamannya yang di wariskan oleh seorang leluhur yakni Oka Paji Bara Lali yang adalah anak dari Leu Kumang horong Girek dan Bota Dike Pine Sare. ***

Dataran Oepoi, Kota Karang Kupang, Tanah Timor, Sabtu 3 Agustus 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar