Oleh. Chris Boro Tokan
Foto Adonara di ambil dari Dermaga Waiwerang dengan latar belakang Gunung Boleng |
Pendahuluan
Melalui pembagian dunia purba flora-fauna dalam garis Wallace-Weber, tercermati wilayah dari listofer benua yang hilang (Atlantis), dataran Sunda Kecil sebagai wilayah Poros. Sedangkan daratan Jawa Purba (Jawa-Kalimantan-Sumatra), dataran Sunda Besar dengan berbagai pulau kecil di sekitar (sebagai listofer Benua Asia), menempati posisi wilayah Barat. Begitupun daratan Papua/Irian (sebagai listofer Benua Australia), dataran Sahul dalam posisi sebagai wilayah Timur. Garis Wallace-Weber menandaskan bahwa Wilayah Poros sebagai wilayah pembagi, dalam pemaknaan Flora-Fauna yang ada di Poros, dapat ke Dataran Sunda (BARAT), juga ke Dataran Sahul (TIMUR), sedangkan di wilayah BARAT tidak mungkin ke TIMUR, dan sebaliknya. Maka Oppenheimer membuktikan penyebaran manusia AWAL di dunia dari wilayah Poros (Nusa Tenggara-Maluku) itu melalui kajian GEN orang Asli dan penyebaran Bahasa Austronesia sebagai sumber Asli berbagai Bahasa di Dunia ke Timur, Barat, Utara, selatan.
Adonara Nuha Nara Nebon, Solor Matahari
Benua Atlantis yang sesungguhnya wilayah kekaiseran Atlantis tempoe doeloe, mencakup pula wilayah kepulauan di lautan Pasifik, juga pulau Madagaskar dan Pulau Selandia Baru. Pulau-pulau di perairan pasifik itu sebagai daratan baru (listofer) dari benua atlantis yang hilang itu, karena benua itu ditabrak dari arah Barat oleh Benua Amerika, saat yang bersamaan ditabrak dari arah Selatan oleh Benua Australia, seirama dengan itu ditindis/ditekan dari arah Utara oleh Benua Asia. Dengan demikian dialektika geologis bumi mendinamikakan masing-masing palung benua untuk saling bertubrukan, yang mengakibatkan hilangnya benua Atlantis yang menyisakan misteri sampai kekinian. Misteri itu dapat terungkap antara lain melalui listofer (daratan baru) benua yang tersari dalam Adonara Nuha Nara Nebon dan tersimbol dalam kepulauan Solor sebagai kepulauan Matahari .
Kepulauan Solor kekinian (Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Lembata) di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sesungguhnya simbol Kepulauan Matahari. Simbol kepulauan yang mencakup seluruh pulau di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, di wilayah Maluku dan Sulawesi. Wilayah ini dalam pemetaan pembagian purba flora dan fauna ditempatkan sebagai wilayah Poros yang membagi ke Timur (dataran Sahul: pulau Irian/Papua dan kepulauan Aru) dan ke Barat (dataran Sunda: pulau Jawa Purba yang mencakup daratan Jawa, Kalimantan, Sumatra beserta pulau-pulau kecil disekitarnya).
Tabrakan terhadap Benua Atlantis dari arah Barat waktu itu oleh Amerika, karena benua Amerika terbelah dari utara ke selatan. Di utara memisahakan benua itu dengan Laurasia, sedangkan di selatannya terpisah dengan benua Afrika. Terlepasnya benua Afrika dari bagian selatan benua Amerika, mengakibatkan Afrika bergerak naik menubruk/menempel dengan daratan benua Eropa, menjebak Laut Tengah kekinian melalui pembentukan pegunungan Karpantia. Seirama dengan gerakan daratan India yang naik menubruk/menempel Asia, saat India terlepas dari benua Atlantis (benua yang hilang) karena tubrukan benua Australia dari Selatan, sehingga tubrukan India membentuk pegunungan Himalaya, yang memaksa daratan Asia menekan dari Utara terhadap benua Atlantis melalui listofer (daratan baru) Jawa Purba. Sedangkan tubrukan Australia dari selatan itu menempatkan daratan baru pulau Irian (Papua).
Dengan demikian eksistensi Kepulauan Solor simbol Kepulauan Matahari yang mencakup seluruh listofer dari Benua Atlantis yang hilang, wilayah Kekaiseran Atlantis tempoe doeloe, sebagai poros dari benua yang hilang. Eksistensinya yang demikian menegaskan identitas wiayah itu sebagai poros awal kehidupan dan awal penyebaran flora dan fauna, awal penyebaran manusia dan sumber asli bahasa di dunia Identitas dan eksistensi wilayah kepulauan Solor yang demikian kekinian mengulang dalam sejarah keberadaan suku-suku di wilayah itu yang menyebut diri orang Lamaholot (tempat manusia dan terselamatkan dari bencana) dengan keyakinan mereka terhadap Rera-Wulan Tanah-Ekan (Matahari-Bulan/Langit dengan Bumi) dalam unkapan magis religius Lewo Tanah.!!!
Tertelusuri dalam Teori Atlantis Arysio Santos dan Teori Surga di Timur Oppenheimer Terjelaskan melalui siklus peradaban dunia yang hilang dikarenakan misteri peristiwa alam yang sangat dasyat dalam keagungan dan kuasa-NYA: siklus peradaban (kepunahan massal) 1 Ledakan dasyat (The Big Bang) memecahkan ketiadaan (kegelapan) menjadi, ada Awal Mula, Terang (Alpha), ; siklus peradaban (kepunahan massal) 2 berakhir pada 80-70 ribu tahun lalu mengakhiri Atlantis Lemuria, Peradaban, Alam; siklus peradaban (kepunahan massal) 3 berakhir pada 12-11 ribu tahun lalu mengakhiri Atlantis Sang Putra, Kebudayaan, Manusia; siklus peradaban (kepunahan massal) 4 berakhir 7-5 ribu tahun lalu mengakhiri Replika Atlantis India, Maha Meru 4 Pilar dan Pilar ke 5 Poros . Tercermarti siklus peradaban (kepunahan massal) 5 berakhir 2 ribu tahun lalu mengakhiri Replika Atlantis Sinai (Si Nai=Dari Sini),10 Perintah Allah (Israel); kekinian berlangsung siklus peradaban (kepunahan massal) 6 Replika Atlantis Khailasa (Kailasa=Kai Asa=kembali ke semula) melalui Salib Kristus, berlangsung masa anugerah/karunia keselamatan !!! , menuju siklus peradaban (kepunahan massal) 7, yakni kerajaan-NYA 1 ribu ( seribu) tahun yang diliputi damai (kebenaran dan kebaikan), kelak berakhir dalam akhir peradaban, keremukan dasyat ( The Big Chrunch), Akhirat dunia (Omega) !!!.
Ungkapan Sina Jawa
Ungkapan sina/cina-jawa bagi manusia lamaholot selalu melekat dalam kisah sejarah sosok hidup dan kehidupannya sampai kekinian, tercermarti secara mendalam sebagai suatu dialektika penyatuan dan penguatan kembali ke wilayah Poros, yakni kembali ke usu-asa (asal yang sesungguhnya). Kata “sina” sesungguhnya bermakna kata sinar, terang, cahaya, yang replikanya dalam kata cina yang menjelaskan dalam nyata sebuah etnisitas suku bangsa yang di sebut Cina sebagai simbol wilayah Timur dunia. Sedangkan kata “jawa” sesungguhnya orang yang terselamatkan dari suatu bencana, yang mulanya dari kata javet, java, iononia, yunani, yang replikanya sebagai suku bangsa Jawa sebagai alias orang Yunani simbol wilayah Barat dunia. Kata “cina-jawa”, bermakna hakiki tentang cahaya (terang, sinar) yang menyelamatkan yang berada di Timur Terjauh-Barat Terjauh
Indikasinya ada tempat, desa di pulau Adonara dengan sebutan “Terong Lewo Jawa”, bermakna hakikinya sebagai terang (terong) yang menuntun (melindungi=Lewo) kepada keselamatan. Jika ditempatkan Pulau Adonara sebagai nuha nara nebon yakni segala sari dunia terkumpul kembali di pulau itu maka Barat TerJauh itu di wilayah Pulau Adonara bagian Barat dengan Bukit Seburi sebagai awal kehidupan dalam mitos Masan Raya Wahane-Peni Masan Dai (manusia kosmos, manusia air), sedangkan Timur Terjauh di wilayah Pulau Adonara bagian Timur dengan Ile Boleng sebagai kehidupan taman firdaus dalam mitos Kelake Adopehang Beda- Kwae Sode Boleng (manusia kosmis, manusia tanah). Dalam kelanjutan kisah konflik dua bersaudara.(yang kini terwaris dalam konflik Demon vs Paji), yang saling memisahkan diri sehingga ada wilayah keramat bernama “meko”. Wilayah Meko di bagian Utara, Pantai Timur Pulau Adonara, sesungguhnya menggambarkan perpisahan mereka: “maiko”, “maike” yang berujung di timur “kaik” tersimbol dalam kepulauan Kai, sedangkan berujung di barat “raik’ka”. “rai”, manggarai (silakan pergi, “monggo” bahasa Jawa, “rai-ka’ bahasa Lamaholot) , sesungguhnya nama pulau-pulau (kepulauan) manggarai di ujung Barat pulau Flores. Di ujung Timur (Kai,”kaik”, Kepulauan Kai) merupakan tepi Lautan Banda (“Mbana” bahasa Ende Lio, “Pana” bahasa Lamaholot: “berjalan, menyebar”), sedangkan di ujung Barat merupakan tepi Lautan Sawu ( “hawu” bahasa Lamaholot: “menanam, menabur”. Menjadi “Garam”, “Menyebar” dan “Menabur”, jadi “terang” dunia, bahasa injil dalam Kitab Suci .
Dua lautan (Banda dan Sabu), masing-masing berporos di pulau Adonara, yakni Lautan Banda berporos di arus Watowoko (Gunung Bolen) membagi ke Lautan Pasifik (Lautan Timur). Sedangkan Lautan Sawu berporos di arus Gonsalu (Bukit Seburi) membagi ke Lautan Hindia.(Lautan Barat) terusan ke Lautan Atlantik. Di kalangan Nelayan orang Solor mempunyai pengetahuan tentang ini melalui keyakinan bahwa 12 arus (kekuatan) laut di dunia berkumpul/bertemu: 9 arus di Watowoko, 3 arus di Gonsalu . . Biota Purba Ikan Paus (di laut), Buaya (Komodo di darat) ditemui di wilayah ini. Menjadi jelas penyebaran flora-fauna,melalui pembuktian garis Wallace-Weber dari wilayah/Dataran Poros (Nusa Tenggara-Maluku) ke Dataran Sahul/Wilayah Timur (Kep Aru, Pulau Irian/Papua) melalui Lautan Banda, sedangkan ke Dataran Sunda/Wilayah Barat (Jawa Purba: Jawa-Kalimantan-Sumatra-Bali) melalui Lautan Sawu. Begitupun penyebaran manusia awal di dunia dengan bahasa Austronesia sebagai bahasa asli yan menjadi sumber segala bahasa di dunia, dalam kajian Stephen Oppenheimer dalam bukunya ‘Eden In The East” “Surga Di Timur”.
Dengan demikian “antipoda” istilah filsuf Plato dalam menyebut salah satu ciri wilayah surga yang hilang, tercermati wilayah yang antipoda itu ialah NTT-MALUKU. Dua provinsi yang dikenal dengan Provinsi Kepulauan, dengan kemiripan cultur dan sosiologic yang sinergic. Penunjuk garis wallace-weber adalah poros antara Barat Terjauh dengan Timur Terjauh, maka adalah persis yang membagi kedua wilayah ini untuk saling berantipoda . Bukankah salah satu simbol Kerajaan Benua yang hilang (Atlantis) adalah gambar Matahari? Jika “Solor” adalah “Matahari”, maka penamaan Solor bukan kebetulan! Karena ada kemiripan dengan kata Solar yang berarti Matahari. Maka Solor merupakan nama lain dari “Putra Matahari” , yakni “Adonara”. Nama purba Matahari tesinyalir sebagai “Naga, Ular, Nipa”, maka itulah pulau “Flores” yang nama purbanya “Nusa Nipa”. Kalau Ular, Naga merupakan nama lain dari “sungai, lautan” .maka porosnya di putra matahari (Adonara): yakni di Bukit Seburi dengan arus Gonsalu, di Ile Boleng dengan arus Watowoko. Terpahami Adonara memang Naga-nya, berkepala yang berjalan ke Timur (Lautan Banda) menjadi Lautan Pasifik, dan menabur ke Barat (Lautan Sawu) menjadi Lautan Hindia berlanjut menjadi Lautan Atlantik.
Terjadinya kehidupan awal karena pertemuan cahaya ilahi (Matahari) di langit dengan air lautan purba (naga, ular) di Bumi, maka Adonara, Putra Matahari merupakan kehakikian dari semua misteri kehidupan dalam isu-isu dunia seperti benua yang hilang, surga di timur, sarang naga dunia, pohon kehidupan, manusia awal , bahasa asli dunia .. Dalam pemahaman ini, maka menyebut kata “Adonara”, tidak sekedar pemahaman pulau-nya, tetapi menyangkut Kepulauan Solor (Purba) yang terdiri dari gugusan pulau di wilayah /dataran Poros sebagai listofer (daratan baru) benua (Atlantis) yang hilang, sehingga mencakup Selandia Baru, Madagaskar, Kepulauan di Lautan Pasifik. Keseluruhan wilayah itu sebagai listofer dari wilayah awal penciptaan yang berporos di Nusa Tenggara (minus Bali)-Maluku, dengan Pulau Adonara sebagai Nuha Nara Nebon-nya!!!
Koda Pulo (10)-Kirin Lema (5), Pancasila, Salib Kristus, Bunda Maria
Dalam kerangka akademis menggariskan dunia Timur mengutamakan yang nyata, materi, raga, badan. Sedangkan dunia Barat mengutamakan yang ideal, abstrak, jiwa, pemikiran. Dalam filsafatnya Plato dikenal filsafat “Dua Dunia” yakni dunia pikiran dan dunia raga. Walaupun filsuf Aristoteles megoreksi dengan filsafat “Satu Dunia,” bahwa yang nyata itu raga saja karena jiwa, pikiran ada dalam raga, sehingga dikenal juga dengan filsafat materialisme. Namun era filsuf Emanuel Kant kembali mengkritisi “Dua Dunia”nya filsuf Plato dan “Satu Dunia”nya filsuf Aristoteles. Bahwa di antara dunia jiwa dan duna badan itu, tentu ada sesuatu hal yang menyatukan, sehingga filsafat Kant dikenal sebagai “Dialektika”. Di era filsuf Hegel dan filsuf Marx meramaikan kembali “Dua Dunia”nya filsuf Plato dan “Satu Dunia”nya filsuf Aristoteles. Hegel berpendirian bahwa yang lebih dahulu ada, adalah dunia jiwa, pikiran (filsafat idealisme), sedangkan Karl Marx berpendapat bahwa yang lebih dahulu ada, adalah dunia raga, kenyataan (filsafat materialisme).
Kekeliruan filsafat idealisme Hegel menyamakan dunia jiwa (Kirin Lema (5) firman: filsafat Idealisme, Logika) dengan dunia roh (Koda Pulo (10): Sabda, Filsafat Ilahiisme, Kemuliaan, Estetika). Karena Roh (Koda Pulo (10): Sabda, Filsafat Ilahiisme, Kemuliaan, Estetika) yang sesungguhnya menyatu-hidupkan dunia jiwa (Kirin Lema (5), Firman : filsafat Idealisme, Logika) dengan dunia raga (Kirin Lema (5), Firman: filsafat Materialisme, Etika). Terpahami dalam fisafat Pancasila penggalian Bung Karno yang Idealistik dengan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan yang empirik (nyata). Roh itu menegaskan Poros, Raga menjelaskan Timur, Sina (Cina), sinar, cahaya, terang, sedangkann Jiwa menunjuk ke Barat, jawa , java, iononia (Yunani), terselamatkan. Filsafat Pancasila dalam penghayatan dan pengamalannya (Roh) sesungguhnya poros bumi (Koda Pulo: 10 Sabda, kemuliaan, kesempurnaan), poros kehidupan awal dunia yang menyebar ke Timur (filsafat materialisme: kirin Lema, 5 Firman, kebijakan) dan menabur ke Barat (filsafat idealisme: kirin Lema, 5 Firman, kebijaksanaan) . Mencintai diri, ego, kelompok, suku, agama, golongan, individualisme (kapitalisme sebagai penjabaran filsafat idealisme, barat: kirin 5). Mengasihi sesama, mengutamakan kepentingan umum, sosial (sosialisme sebagai penjabaran filsafat materialime, Timur: kirin 5). Menyeimbangkan, menserasi-selaraskan kapitalisme dengan sosialisme, terjelaskan dalam Koda 10 yakni: Pancasila dan Penghayatan dalam penerapan-nya .
Kembali kepada filsafat Dua Dunia dari Plato, maka dunia jiwa itu cinta (kapitalisme), sedangkan dunia raga itu kasih (sosialisme) !!!! Jadilah “CINTA-KASIH”. Pendialektikan atau yang menyatu-hidupkan JIWA (kapitalis) dengan RAGA (sosialis) adalah ROH! Dengan demikian Pancasila sebagai dasar filsafat berbangsa dan bernegara Indonesia, maka sesungguhnya sila-silanya dalam penghayatan dan penerapan (pengamalan) merupakan perumusan kembali kesempurnaan dialektika kemuliaan kehidupan tentang peradaban dan kebudayaan dunia yang hilang (Atlantis yang Hilang)
Jiwa Surga, Surga Positivistik, Matahari Salib Utama dalam Koda Lamaholot “ReraWulan”. Raga Surga yang Hilang, Surga Nyata, Surga Empirik, Atlantis yang Hilang, Matahari Salib Kehidupan bagi Koda Lamaholot “Tanah Ekan”. Koda Lamaholot mengenal LEWOTANAH: sebagai dialektika Matahari Salib Utama(LANGIT), ReraWulan dengan Matahari Salib Kehidupan (BUMI), Tanah Ekan. Mempertemukan Langit dengan Bumi dalam ritual magic-religius yang di simbolkan melalui tiang penghubung (bambu aur yang beranting tujuh): EKEN MATAN PITO, ditanam di depan Batu Keramat (Batu Licin Ceper atau Bundar): NUBA. Di depan NUBA ini dengan TIANG AGUNG (bercabang tujuh, “MENORAH” untuk orang YAHUDI dalam tempat lilin bercabang tujuh berlangsung ritus magic-religius yang dihadiri lengkap Poros (Kepuhunen), Taran Wanan (Barat), Taran Nekin (Timur), Koten (Utara), Lein (Selatan). Teryakini PANCASILA terilham dalam sosok Bung KARNO saat berada di kota Ende, Nusa Nipa, Nusa Matahari, wilayah purba Lamaholot: Sila 1. KOTEN, Ketuhanan (Rera-Wulan), Sila 2 . LEIN, Kemanusian (Tanah- Ekan: Manusia), Sila 3. KEPUHUNEN, POROS, Persatuan, (mempersatukan Koten-Lein dan Taran Nekin-Taran Wanan), EKSEKUSI, sila 4. TARAN NEKI, Kerakyatan, Demokrasi Perwakilan, Legislatif, sila 5. TARAN WANAN, Keadilan Sosial, yudikatif. Termengerti Pitagorean, angka 5 itu Poros, sedangkan Bung Karno, angka 3 yang Poros. .
Terelaborasi oleh Arysio Santos menunjuk simbolisme religius menorah, yakni tempat lilin bercabang tujuh orang Yahudi . Replika itu selama ini bagi Ata Lamaholot, khususnya Ata Adonara dalam EKEN MATAN PITO (bambu Aur yang yang bertangkai tujuh) dipotong, kemudian ditanam di depan NUBA (batu keramat) tempat ritual religius. Eken Matan Pito itu simbol penghubung bumi (TanahEkan) dengan langit (ReraWulan/Matahari-Bulan), penghubung Manusia denganTuhan. Dengan demikian Kepemimpinan Ata Lamaholot model LewoTanah yang diterapkan selama ini, sesungguhnya model Kepemimpinan Salib Atlantis (elaborasi Arysio Santos) dari kekaguman filsuf Plato atas Tata Peradaban Masyarakat Sipil sangat tinggi yang menjadi Ibu Kandung Peradaban Dunia.
Keyakinan dasar tentang Salib, sesungguhnya inti gagasan filosof besar Plato mengenai Tata Peradaban Masyarakat yang sudah sangat maju, menjadi Ibu Kandung Peradaban Dunia. Tata peradaban itu, oleh Arysio Santos dielaborasi sebagai “Salib Atlantis”. Awal mula keyakinan salib dari peradaban bangsa Atlantis. Dengan demikian Salib Kristus sebagai keyakinan iman kristen di seluruh dunia, sesungguhnya bermula dari keyakinan bangsa Atlantis, jadi bukan bermula dari keyakinan bangsa Yahudi di Timur Tengah atau keyakinan bangsa Romawi di Barat/Eropa Salib, pertautan dualisme kosmos: langit/, sesuatu di tempat yang tinggi (di atas/ Utara), jauh, sulit terjangkau, abstrak, positivistik dan bumi/ suatu tempat yang nyata (di bawah/Selatan), dekat, dapat terjangkau, tempat berpijak, nyata, konkrit, empirik: vertikal/Peradaban, dengan dualisme sosial (Laki-laki/kanan/Barat dan Perempuan/kiri/Timur): horizontal/Kebudayaan, sehingga saling memotong, dialektik: Salib!!! . .
Tentang Salib Kristus keyakinan umat kristen dunia, sesungguhnya sebagai pemulihan Salib Atlantis (Awal Mula Peradaban dan Kebudayaan) milik Bangsa Atlantis (Ata Lamaholot). Sekaligus pemulihan replika Salib Atlantis berkembang di India, (Lanka, Sri Langka) 11.000 tahun lalu sebagai Poros, dengan Timur di Cina (Yin-Yan), Barat di Mesir (Piramida). Kemudian 7000 tahun lalu, Poros bergeser ke Israel dengan 10 Perintah Allah dan Salib Yahudi, Barat di Yunani dengan filsafat barat, kemudian 2000 tahun lalu Roma menjadikan sebagai Salib Kristus, Timur di Arab dengan Filsafat Timur dan 1500 tahun lalu menjadi Kosmogram Atlantis (Bulan-Bintang). Terpahami melalui Replika Atlantis dalam tradisi Hindu, gunung Meru sebenarnya merupakan Stambha (atau Skambha), yaitu Pilar-Langit Raksasa. Pilar Langit itu disebut Sthavara, yang sebenarnya sama dengan kata Stauros, istilah Salib Kristus dalam bahasa Yunani. Kemiripan aneh ini mengungkap sebuah identitas rahasia gunung Meru (atau Kailasa = Kav-lasa = “Tengkorak” = Calvary) dianggap sebagai penyangga “Pohon Kosmis” di mana “Manusia Kosmis” (Purusha), seperti halnya Yesus Kristus, disalib pada Salib Kosmis
Sebagai umat kristiani Indonesia dan dunia, tentu di antara kita ada yang mempunyai pesan-pesan Bunda Maria dari Fatima (1917), yang berisi kebenaran-kebenaran mendasar tentang iman kita yang tetap menuntun dan menguatkan kita dalam pergumulan tugas kenabian kekinian dan akan datang. Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa belum tersaksikan kemenangan gemilang Hati Bunda Maria yang Tidak Bernoda, sehingga Paus mendoakan agar terwujud dalam tahun 2017 bertepatan dengan 1 abad (100 tahun) penampakan Bunda Maria di Fatima . Bunda Maria telah menjanjikan hal itu akan terjadi, kemenangan perempuan atas naga yang dijanjikan dalam Kitab Wahyu Yohanes. Jika Gereja mengindahkan panggilan Bunda Maria melalui kesucian pribadi, doa dan silih atas dosa, maka tersaksikan berkat-berkat yang dijanjikan dalam penampakan di Fatima, tercurahkan berlimpah..
Penutup
Dalam konteks kehidupan menggereja yang 100% gereja dan 100% Indonesia, 100% dunia maka manusia (umat) dan masyarakat dalam filosofi kehidupan yang kemoderen-moderenan memang tidak moderen, juga ketradisionalan memang tidak moderen, apalagi mengabaikan aspek agama . Dituntut kehidupan religius mengakar ke tradisi yang wajib diteguhkan dalam iman beragama dengan terang moderen (iptek). Aspek kereligiusan menjadi keyakinan, iman, harapan (optimisme) dan kasih di antara manusia dan masyarakat dalam kegelapan tradisi dan kegulitaan moderen. Kegelapan dan kegulitaan karena kemunafikan hidup beradat-beragama, keangkuhan beriptek di dalam berbangsa-bernegara, berprovinsi-berkabupaten-kota, berkecamatan, berkelurahan-desa karena terterpa arus gelobalisasi. Religio Omnium Scientiarum Anima (ROSA): Kedasyatan Keyakinan Tradisi yang diteguhkan Iman Agama menjadi Jiwa Ilmu Pengetahuan dan Ketrampilan Berteknologi !!!
Ditumbuh-kembangkan generasi baru Ata Lamaholot yang berparadigma “ROSA”, demi salam perpisahan dengan siklus Perdaban (kepunahan massal) 6 Replika Atlantis Khailasa (Kailasa=Kai Asa=kembali ke semula melalui Salib Kristus, berlangsung masa anugerah/karunia keselamatan) untuk menyambut siklus Peradaban (kepunahan massal) 7 yakni kerajaan 1000 tahun seperti dalam Kitab Wahyu Yohanes !!!
Bertolak dari gagasan (teori) Pengulangan Plato ,tercermati bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai jejak peradaban yang hilang terihlam dalam sosok putra fajar Bung Karno di Ende (wilayah Lamaholot purba), merupakan bentuk pengulangan nilai-nilai luhur (peradaban dan kebudayaan) bangsa Atlantis, yakni Salib Atlantis. Yesus yang telah ada sebelum segala-galanya tercipta oleh Allah Bapa, kedatangan-Nya (kelahiran) ke Bumi dan sengsara Salib Suci-Nya (wafat dan kebangkitan-Nya), serta pengadilan ilahi-Nya kelak (akhir zaman) adalah pengungkap dan penyelamat sejati peradaban yang hilang, Salib Atlantis.
(Ringkasan Pembahasan Buku Padre Yoseph Muda, "Ata Lamaholot dalam Sorotan Budaya Dunia, di Aula Pastoran Paroki Waiwerang, 13 Juni 2015 )
Lembah Hinga Dulan Doro, Tanah Tadon Adonara, Pulau Romantis, 12 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar