P. Yohanes Bali Mudamakin, SVD
Aku=ku yang dulu: Flash Back
Sebagai misionaris aku harus mencintai
tanah misiku. Maka mencintai Karibia adalah keputusanku. Keputusanku adalah
kesetiaanku juga. Dan Aku selalu percaya pada kekuatan cinta. Hanya cinta yang
membuat aku betah di sini. Memang cintaku pada karibia telah menghanguskan
daku. Sampai aku pun harus mengatakan, aku selalu Jatuh cinta. Bayangkan saja ketika anda jatuh cinta. Bagaimana
rasanya. Cinta bisa membuat terbang musim panas hanya sesaat. Apalagi seperti
ketika anda sedang menikmati musim panas
di pantai pantai Karibia. Anda akan tenggelam dalam keelokan pantainya. Atau
malam tampak seperti seumur hidup ketika mimpi buruk menyeretmu. Dan kamu pun
terus mendamprat tanya pada kapan datangnya pagi.
Cinta
membuat ribuan Kilo antara Karibia dan
tanah kelahirku Nusa Tadon Adonara terasa begitu dekat. Bahkan ia
mengubah hari hariku menjadi lebih Panjang. Kata-kataku pun menjadi lebih berarti. Bukan
saja kata-kata lamholot, atau Bahasa Indonesia tapi Inggris, Spanyol, Belanda
bahkan Portugis. Sekalipun terkadang aku harus merasa sendirian. Berjuang
sendirian meredam perihnya gejolak persoalan yang tak pernah bertepi.. Ya cinta
mampu mengubah duniaku. Duniaku bisa saja menjadi sangat mulia. Begitu
sebaliknya duniaku juga akan menjadi gelap gulita. Ia bisa saja membuatku malu.
Seperti tiba-tiba semua kebijaksanaanku hilang entah ke mana perginya. Bahkan
ia membuat aku seperti orang bodoh. Seperti semua komitmen yang kubuat, aku pulalah yang melanggarnya
sendiri. Benar, cintaku pada Karibia
telah menghanguskna daku. Hidup atau
binasa kuserahkan semuanya pada nyalanya
api cinta. Hanya satu hal dari cinta yang kuyakini selalu , bahwa Ia tidak akan
pernah membiarkan Aku=ku tetap sama.
Kekuatan
cinta inilah menbentuk aku=ku yang kemarin, sekarang dan besok nanti. Seperti Aku=ku yang kemarin di tahun 80an yang hanya berada di kampung.
Dan aku=ku yang sekarang di Karibia. Kekuatan cinta ini terus merangkai formaku dalam bingkai ens dan
being=ku. Dalam kemasan aku=ku yang kini, aku mencoba untuk meretas kembali
aku-ku yang dulu. Untuk itulah aku tidak mau belajar lupa siapa “aku-ku yang
kemarin. Ini bukan sesuatu yang buruk. Ataupun aku harus merasa malu. Tidak.
Aku tidak merasa malu untuk menoleh ke
hari kemarin. Karena di sana ada seribu satu cerita dalam untung dan malang. Ada
tapak tapak yang perlu kembali dijejali. Aku yang masih lugu, polos dan masih belajar berbicara
Bahasa Indonesia dengan logat Adonara.
Aku=ku
yang kemarin adalah aku yang sedang bernostalgia. Aku=ku yang purnah. Secara
khusus aku=ku di tahun 80an yang masih di bangku SD. Aku-ku itu pernah ada dan terbatas dalam
kampungku. Karena Aku tinggal di kampung dan sekolahpun di kampung.
Pengetahuan juga sebatas kampung. Aku adalah anak kampung seperti anak anak kampung lainnya. Makanya aku
rindu kembali ke kampung. Satu persatu kupreteli untuk menemukan kembali yang
telah lama tidak diceritakan. Seingatku,
aku jarang sekali keluar jauh dari kampung. Kalaupun berpergian hanya sebatas kota
Larantuka. Mungkin agak sering adalah Waiwerang.
Itu pun hanya 10 km dari kampungku. Tapi kurasa sudah seperti bepergian ke
belahan dunia lain. Jarak tempuh sebenarnya hanya 15 menit saat ini. Namun
Waktu itu bisa saja dua atau tiga jam. Maklum waktu itu hanya ada sebuah truck
tua peninggalan Jepang. Truck itu serba bisa. Penumpangnya pun serba serbi.
Manusia, komoditi local, semuanya berjubel jubel dalam truck tua itu. Aku dan
penumpang lainnya selalu menikmati perjalanan. kami tak pernah Lelah. Sekalipun jalan bebatuan yang sangat buruk
plus truk tua yang sering kesakitan ditengah jalan. Aku tertawa geli saat menulis kisah ini. Tapi ini
masa indah yang perlu kukenang.. Sebuah nostalgia indah kembali menghadirkan
aku=ku yang dulu.
Aku=ku yang dulu adalah kombinasi
sangunis melankolis. Aku bisa saja meledak ledak secara ekslosif. Tapi sebentar
saja sudah kembali ke mellow. Semisal ketika aku harus berkelahi. Dan setelah
itu merasa sedih kenapa mesti berkelahi. Aku berkelahi hanya karena bola sepak
buatan tanganku pecah disepak teman. Atau ketika aku harus bertengkar hebat. Aku
bertengkar hanya karena kecurangan dalam permainan-permainan tradisional. Apalagi ada sedikit rasa superioritas di antara teman-teman yang turut
memacu untuk menjadi pemenang. Tidak
pernah pantang mundur menerima tantangan. Dan aku selalu benci pada
kekalahanku.
Lain lagi
halnya ketika berada di Sekolah . Aku memang menjadi pemburu juara kelas. Hanya nomor satu yang berada di
kepalaku. Aku merasa kalah kalau mendapat nomor dua. Maka dari kelas satu
sampai kelas 6 tak sekalipun nomor satu melangkahiku. Ia selalu berada dipihaku.
Satu persatu mata pelajaran kusudahi dengan menjadi yang terbaik. Kubuktikan itu
secara nyata. Dari satu catur wulan ke catur wulan berikutnya pasti akulah
sang juaranya. Semuanya selalu berujung
di nomor satu. Ibuku selalu merasa bangga. Ia bangga . sekalipun aku=ku adalah nakal tapi
selalu menjadi juara kelas. Selalu kuingat raut wajahnya yang bangga dengan
senyum sumringah. Ini adalah anaku yang kukasishi. Begitulah ekspresi ibuku
setiap kali menerima buku laporanku.
Maaf aku
mengajak kalian ke aku-ku yang dulu.. Aku=ku
yang kanak-kanak,lugu polos, ingin tahu dan juga tukang berkelahi. Masih
kuingat ketika guru goegrafi SD
mengajak “mari belajar Peta Buta”. Di atas atlas tua itu kami coba melihat
menerka, menghafal dan setelah itu lupa. Karena kami diajar untuk menghafal. Itu
bukan salah guru. Tapi itu salah pemerintah.
Kesalahan system Pendidikan kita yang sangat desentralisasi. Dari atas
kebawa kita semua seperti sedang dicekoki hal yang sama.
Dari
peta buta inilah aku belajar bahwa duniaku tidak hanya sebatas Waiwerang dan
Larantuka. Sampai sekuat ingatanku mencoba mengingat kapan nama “Karibia kudengar.
Mungkin di peta dunia itu juga. Tidak terlalu penting entah kapan. Hal ini memang
lucu. Tapi inilah kenyataan indah yang mesti dikenang. Bagaimanapun juga Ketika
kita masih anak-anak, kita jarang memikirkan masa depan. Kepolosan ini membuat
kita bebas untuk menikmati diri kita sendiri seperti yang dapat dilakukan oleh
sedikit orang dewasa. Hari ini kita mengkhawatirkan masa depan adalah hari ketika
kita meninggalkan masa kecil kita demikianlah
kata Patrick Rothfuss dalam bukunya “THE NAME OF THE WIND” Maka terpenuhilah sabdanya. Bahwa aku -ku yang dulu, yang adalah anak kampung itu
telah dan sedang bermetamorfosis..
Aku-ku yang dulu telah menjadkian aku=ku yang sekarang. Ini juga adalah bukti nyata dari kekuatan sebuah cinta. Kekuatan cinta ini telah mendepakku ke sini, di tanah karibia ini. Tanah yang dulu hanya kupelajari di atlas tua itu kini nyata ada bersama aku-ku yang sekarang. Tentu aku di sini dalam suka dan duka. Aku berusaha untuk mencintainya hingga terluka. Seperti kata kata Santa Teresia dari Kalkuta: I have found the paradox, that if you love until it hurts, there can be no more hurt, only more love.” Ketika engkau mencintai hingga terluka maka bukan lagi sakit yang dirasakan tapi cinta yang dirasakan. Bahkan kini setiap setiap hari, setiap saat aku tak pernah berhenti mencintainya. Seperti saat aku berjalan pada pelataran pasir-pasir putih yang hangat sambil menyisir riak riak keriting pantainya. Sungguh hanya karena kekuatan cinta aku berada di sini. Di tanah karibia ini aku masih di sini setia pada keputusan untuk tetap mencintainya.
Aku=ku
Sekarang di KARIBIA
Aku bersykur karena berada di Karibia. Karibia
adalah nama eksotik yang mendunia. Semua wisatawan mancanegara pasti tahu.
Kalau belum pernah datang ke sini paling tidak sudah pasti mendengarnya. Untuk
kita yang nun jaun di sana pasti bertanya. Apa dan di mana Karibia? Seyognya kita
semua ingin mengalami dan menikmati setiap pesona dan sudut dunia. Tapi kalau
susah menjadi kenyatan paling tidak pernah menemukan secara virtual. Setidaknya sekali dalam seumur hidup.
Karibia
adalah daerahh kepulauan. Ia merupakan wilayah yang terbentang di sepanjang Laut
Karibia sampai pada samudra Atlantik Utara. Wilayah ini berada di pesisir sekitar tenggara
Teluk Meksiko, daratan Amerika Utara, Timur Amerika Tengah, dan utara Amerika
Selatan. Secara geopolitik, pulau-pulau Karibia
sering dianggap sebagai wilayah Amerika Utara. Seperti Archipelegonya Indonesia, Karibia, memiliki lebih dari 700
pulau. Ada juga beberapa pulau kecil,
terumbu karang dan ngarai. Dulu aku berpikir Karibia itu hanya ada satu daratan
atau satu pulau. Ternyata tidak. Lebih mengejutkan hampir setiap pulau adalah
sebuah negara. Sebuah kedaulatan dibawa pemerintahan seorangng presiden atau
Perdana Mentri. Ini sungguh berbanding terbalik dari tanah kelahiranku.
Jangankan jadi kabupaten, jadi kecamatan saja masih harus menunggu bertahun
tahun lamanya.
Nilai jual Karibia menembus ekoturis secara
global. Orang berdatangan dengan kapal kapal pesiar mewah dan jet jet jumbo. Mereka datang hanya untuk menikmati keindahan
laut dan pantai pantai Karibia. Ya, Laut Karibia adalah rumah bagi lebih dari
700 pulau. Ini masih terbagi menjadi
beberapa kelompok. Di sana terdapat- Antilles Besar, Antilles Kecil, Antilles
Leeward, dan Kepulauan Windward. Bukan rahasia lagi bahwa secara alamiah setiap
dari 700 pulau ini adalah lambang keindahan alam Karibia. Sebagian besar dari
mereka terlihat seperti lukisan romantis
dalam pesona film bajak laut.
Lempengan
tanah Karibia yang berserakan di laut pirus menghasilkan iklim tropis. Di atas
pulau pulau ini para pelancong menikmati liburannya. Sementara itu dunia bawah laut Karibia
menghadirkan keindahan lain. Tempat indah bagi para penyelam amatiran,
professional dan snorkeling. Mereka selalu mengagumi kumpulan flora dan fauna yang memukau. Seperti
sekeping surga yang jatuh ke bumi. Masih kuingat dalam benakku. Suatu ketika
pulau tempat aku bekerja dikunjugi oleh Nuncio. Beliau adalah pejabat gereja Katolik
yang mewakili Tahta Suci di wilayah kepulauan Karibia. Nuncio ini merasa kagum
akan keindahan tempat kami. Sampai pada satu kesempatan sarapan pagi di sebuah
hotel di pesisir pantai. Beliau lalu berkata: wah Yohanes kamu sangat bersykur.
Kamu bersyukur karena bisa bekerja di tempat seindah ini. Ini seperti surga
kecil. Kamu tidak perlu lagi terkejut kalau suatu ketika masuk surga yang
sebenranya. Kamu tinggal menyesuaikan dirimu. Karena surga yang nantinya kamu
berada, seperti sudah ada di sini keindahannya. Setelah sarapan pagi itu, aku merenung
sebentar perkataan beliau. Memang benar aku juga menikmati karya dan misiku
seolah olah seperti liburan Panjang. Aku memang tidak pernah merasa bosan.
Bahkan aku seperti sedang berlibur dan terus berlibur sampai saatnya masa
baktiku.
Aku terus menikmati dan memaknai keindahan
Karibia, bukan saja dari segi alamnya tapi juga manusianya. Orang-orang Karibia adalah orang orang berwarnah warni. Bayangkan
saja! Di pulau sekecil St Maarten dengan 33 km persegi, kita menemukan 100-an
warga negara berbeda. Secara keseluruhan mereka seperti berada dalam sebuah bejana peleburan. Mereka membentuk
sebuah komunitas yang heterogen dan sangat pluralistik. Alasannya mereka
berasal dari berbagai latar belakang budaya dan etnis. Ada etnis Afrika yang
mayoritas berkulit hitam. Ada etnis Mulatto yang adalah campran negro berkulit
agak terang. Ada juga keturunan campuran, Caquetio Indian, Asia, Afrika, dan
Eropa. Serta etnis lainnya, semuanya
berada di Karibia. Sepertinya ada banyak wajah yang melebur dalam satu hati. Semua
perbedaan menghasilkan sebuah komunitas kehidupan yang indah. Di sinilah
kumpulan orang orang bebas dalam nama emansipasi yang sangat kental. Tidak
mengherankan. Orang tidak pernah bertanya apa agamamu. Siapakah Tuhanmu? Di
manakah hari Minggumu? Sampai pada warnah kulit kita yang berbeda. Orang tidak berprasangka
buruk pada warnah kulit tertentu. Tidak ada senyuman sinis pada logat bicaramu.
Ada perasaan saling mengerti dan tolerasi yang tinggi. Kita bisa saja berbicara
Bahasa inggris, Prancis, Spanyol atau Belanda tapi dengan dialeg yang berbeda.. Maka bukanlah mustahil
Karibia telah menjadi tempat yang sangat menarik. Tempat di mana kita sedang
belajar tentang sebuah peradaban lain. Tempat berkumpulnya anake wajah satu
hati. Perpaduan multi budaya ini memberi nuansa kehidupan yang unik. Di mana
mana kita menemukan keramatamahan dan kehangatan mereka. Mereka adalah orang
orang bahagia.
Sungguh Orang orang Karibia adalah orang orang
bahagia. Mereka menikmati dan memaknai kehidupan mereka dalam konteks
kebahagian mereka. Karena kebahagiaan sangat kontekstual. Ia bukan terbatas
dalam konteks uang dan harta. Setiap orang bahagia dengan konteksnya. Apalagi kebahagiaan
itu seperti kupu-kupu. Semakin Anda mengejarnya, semakin ia akan menghindari
Anda. Tetapi jika Anda mengalihkan perhatian
ke hal lain, itu akan datang dan duduk dengan lembut di bahu Anda.
Demikianlah Kata Henry David Thoreau. Filsuf kelahiran Massachusetts ini
menyoal kebahagian dalam konteks lain. Ia
lebih suka melanggar konvensi. Ia pun menghindari kebiasaan. Mungkin melalui
komitmen terhadap keacakan pikiranya. Dia
bisa menemukan perasaan bahagia yang lebih besar dan lebih kosmik. Gambaran
nyata orang orang karibia.
Sementara itu gaya hidup orang orang karibia
seperti dalam konteks pemikiran Thoreau. Pola hidup mereka berbeda dengan pola budaya barat. Dinamika kehidupan mereka penuh warnah.
Mereka adalah orang orang yang sungguh menikmati kehidupan. Mereka suka
berkumpul, bermusik dan berpesta ria.
Apalagi pada saat musim carnaval. Mereka berpesta merayakan budaya dan warisan local
selama sebulan. Sebuah ekspresi seni dari cerminan pengaruh dan identitas
warna-warni pulau. Setiap pulau memiliki waktu tersendiri untuk berkarnaval.
Para penyelenggra mencoba merangkul warisan kekayaan budaya mereka yang
tercecer. Mereka mengklaim pesta tahunan
ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari budaya karibia. Walaupun hal itu
sudah termodifikasi dalam balutan budaya modern. Mereka bisa menikmati pesta ini
selama sebulan. Aku mengalaminya di St Maarten, tempat aku bekerja. Bayangkan orang
tidak pernah merasa Lelah apalagi bosan berpesta selama sebulan. Bahkan simpanan uang mereka dihabiskan hanya untuk menikmati pesta sebulan itu. Di sana ada
makanan berlimpah, music, pagelaran, artis artis TOP dari berbagai tipe dan
parade yang berhari hari. Gambaran sebuah kehidupan lain dari belahan dunia
lain. Aku hanya menikamti dan mengikuti pola irama kehidupan mereka. Bagi
mereka hari ini cukuplah untuk hari ini. Besok masih memiliki kesusahannya
sendiri. Hidup ini sudah sudah susah jangan dibuat tambah susah lagi. Maka
nikmatilah hari ini karena besok adalah hari lain.
.
Aku dan Mereka Menantang Badai.
Keputusanku
untuk mencintai Karibia bukan saja di saat saat senang tapi juga disaat susah.
Perkataan ini menggelitik hatiku. “You
may forget those with whom you have laughed, but you never forget those with
whom you have wept. Anda
bisa saja melupakan orang yang pernah tertawa Bersama anda. Tetapi anda tidak pernah lupa dengan mereka
yang pernah menangis bersamamu. Ini menjadi pergumulan tersendiri bagiku.
Apapun yang terjadi saya mesti Bersama mereka sekalipun harus
menantang badai. Aku harus berada di antara mereka. Lari dari kesusahan mereka
adalah pengecut. Pengecut bukanlah tipe manusia yang lahir dari rahimnya Nusa
Tadon Adonara. Maka akupun harus susah, susah Bersama mereka. Demikianpun
senang aku juga senang Bersama mereka. Kesusahan yang tidak pernah dipungkiri dari
orang orang Karibia adalah Badai. Badai ini memiliki musim tetap. Ini hal aneh
tapi nyata dan ada.. Kenyataan yang diterima oleh kepulauan karibia. Badai ini
bisa menjadi bencana hebat. Timbulnya badai karena ekologi Karibia adalah tropis.
Proses
pembentukan badai sangat unik. Ia
berasal dari akumulasi udara. Ia
akan berubah naik dengan cepat ketika
dipanaskan oleh air laut yang hangat. Lalu ada saatnya udara menjadi dingin
kembali. Saat itu udara didorong oleh udara lain yang lebih hangat
hingga naik. Ia akan berputar membentuk
siklus yang menyebabkan angin kencang. Fenomena alam ini adalah siklon tropis. Ia dikenal
sebagai hurricane. Hurricane ini lebih dikenal di Samudra Atlantik Utara sampai
pada pacific Timur, secara khusus kepulauan karibia.
Musim badai ini berada di bulan Juni hingga awal
November. Dan ini terjadi setiap tahun. Ya setiap tahun entah dalam skala besar
maupun kecil. Lantas Apakah orang orang Karibia
harus lari dari kenyataan. Atau apakah mereka harus pasrah dan menyerah?
Ataukah mereka tetap berdiri kokoh
sembari berdamai dengan situasi. Tentu saja mereka tetap berdiri kokoh. Sejak
dulu sampai sekarang mereka tetap berada di sini. Bahkan dengan bangganya
mereka mengatakan mereka adalah anak anak angin ribut. Inilah kekuatan alamiah
manusia Karibia. Mereka tak gentar sedikitpun.
Aku harus
mengagumi mereka. Sekalipun sebagai anak Adonara yang tidak takut pada apa dan
siapaun juga kecuali Tuhan. Tetapi masih ada orang yang lebih tidak takut dari
kita. Mereka adalah orang orang Karibia.
Bahkan mereka menguatkan anak cucunya, bahwa angin topan adalah bagian alami
dari siklus kehidupan. Untuk bertahan hidup mereka harus menyesuaikan diri. Inilah orang
orang kuat . Mereka benar benar menantang badai. Apapun yang terjadi mereka
siap di tempat. Suatu gambaran kerasnya pola hidup di tengah tengah alam yang
kadang tidak bersahabat. Dan itu menjadi warisan yang tidak pernah pudar dari
anak ke cucu cecenya. Malahan mereka dengan bangga memaknai zamanya dengan
sebutan “sebelum dan susudah badai dasyat itu.
Uniknya
setiap kali badai dasyat yang datang
pasti memiliki nama. Alasanya supaya badan metereologi dapat mengidentifikasi
badai badai itu ketika melewati lautan dan samudara. Dan alas an laiinya agak
tidak terjadi kebingungan antara badai yang satu dengan yang lainnya. Terutama
Hurricane-hurricane dasyat yang terjadi sejak tahun 1780. Hurrucane San Ciriaco muncul pada tahun 1899. Hurricane
Luis terjadi di tahun 1995. Hurricane Gilbert muncul pada tahun 1988. Hurricane
Sandy terjadi pada tahun 2012. Hurricane Joaquin pada tahun 2015. Hurricane
Irma terjadi pada akhir 2017. Dan yang terbaru Hurricane Dorian terjadi pada
tahun 2019. Musim hurricane dimulai dari Juni hingga 30 November dan mencapai
puncaknya dari Agustus hingga September.
Hal ini
kualami sendiri. Pada tanggal 11 Agustus 2011 ketika itu aku masih berada di Jamaika.
Hari itu menjadi hari kelam sebagian
orang Jamaika. Sebagian wilayah pantai Timur disapu bersih oleh badai
Topan Richard. Aku sendiri tidak terlalu mengerti banyak tentang bencana ini. Seingatku
malam itu kami berjaga jaga. Hujan tak pernah berkesudahan. Butiran butiran
hujan seperti dentuman peluru yang memekakan telinga. Petir dan kilat saling
sahut menyahut. Angin kencang seperti sedang bertabrakan. Kami semua berada
diruang tengah. Kami sangat yakin dengan kekuatan rumah kami. Apalagi ada
pelindung baja yang sengaja kami pasang
disetiap sudut jendela dan pintu pintu. Tidak
ada perasaan panik karena semuanya sudah diantispasi secara baik. Mungkin juga
aku sudah terbiasa dengn bencana alam sejak masih kecil. Apa yang terjadi
keesokan harinya sungguh diluar dugaan. Rumah kami masih berdiri kokoh. Tetapi
atap atap rumah tetanga berhamburan. Jalan tertutup dahan dan ranting pohon.
Susana seperti menyaksikan sebuah kapal pecah di tengah lautan. semua dahan pohonan
putus patah dan berserakan tak karuan di mana mana.
Peristiwa Hurricane dasyat lainnya yang
kualami pada tahun 2017. Saat itu saya sudah berada di St Maarten. Kami semua
sudah diberi alarm untuk berjaga jaga.
Cuaca saat itu sangat panas hampir diseluruh pertengahan tahun. Aku
berpikir biasa biasa saja. Tetapi orang orang mulai panik. Lihat saja orang
orang mulai berjubel di supermarket. Semakin banyak orang ditemukan di depot
depot minyak. Shuter baja atau pelindung pintu pintu dan jendela mulai ditutup
rapat. Pemerintah menghimbau untuk selalu setia pada laporan cuaca. Selalu
berusaha untuk mengikuti laporan cuaca lokal di radio, televisi, atau internet.
Semua pintu dan jendela kaca harus diberi pelindung. Kami juga dihimbau untuk
memilki persediaan banyak makanan dan air. Pastikan selalu ada semua alat,
persediaan, dan peralatan P3K. Dan kita
mesti tinggal dalam kamar yang aman. Dan akupun mengalaminya dengan mata
kepalaku sendiri. Hari kelam bagi seluruh penghuni pulau St Maarten. Hari dan
kejadian yang akan terus diingat untuk waktu yang sangat lama.
Irma
adalah nama yang indah. Sesuai asal katanya dari Bahasa Jerman yang berarti kuat atau seutuhnya. Kekuatan Irma justru ternyata menjadi monster menakutkan. Mosnter itu
menungkirbalikan dunia Karibia. Hanya dalam empat jam semuanya berubah total. Hurricane
yang bernama Irma itu telah merusak kemolekan wajah Karibia di tahun 2017. Sesuia arti Namanya, Irma ternyata mengandung sejuta kekuatan yang
mematikan.
Hari itu tanggal 6 September tahun 2017. Dunia
seperti di ambang kiamat. Tidak ada seorangpun menyangka kelamnya hari itu.
Semuanya disapu rata. Taka ada yang tersisa. Sepertinya,
tak hanya rongga dadaku, mataku, tapi telingaku pun, disajikan sebuah siatuasi
horror.. Ia sungguh sungguh monster yang
menyebar teror seantero kepuluan Karibia.
Kebetulan hari itu aku sendirian di sebuah
rumah besar berlantai dua. Rumah itu
tepat berada di pelataran jalan pusat kota. Aku sendiri merasa aman. Tetapi
pikiranku melayang jauh pada beberapa kaum immigrant. Maklum AKU adalah pelayan kaum immigrant Latinos. Maka aku adalah
bagian dari mereka. Mereka kebanyakan tinggal di apartement apartement murah.
Saya ragu pada fisik bangunanya. Nuraniku terpanggil untuk sedapat mungkin
berbagi dengan mereka. Paling tidak bisa memberikan tumpangan pada sebagian
orang. Maka kutelponlah tiga keluarga immigrant. Mereka datang pada sore hari
menjelang malam. Pintu rumahku terbuka lebar buat mereka. Kupastikan semuanya
aman. Dan kukatakan kepada mereka bahwa apaun yang terjadi kita hadapi Bersama.
Tetapi yang pasti kita akan aman di sini, di rumah ini. Begitulah kata kata
awal penguatan. Seakan akan aku tahu lebih baik dari mereka. Padahal
kenyataanya mereka lebih tahu dan berpengalaman dariku.
Sesaat mereka memasuki kamar- kamar, tiba tiba
ingatanku pada dua mobilku. Mereka masih terparkir di halaman gereja. Kebetulan
gereja berada hanya 10 meter dari bibir pantai. Lantas kupanggilah
sahabatku. Sykurlah ia datang pada
waktunya. Kami dua pun mengamanakan kedua mobilku di garasi sahabat yang lain. Aku
tidak berlama lama di jalanan. Segera aku kembali ke rumah menemui para
keluarga. Waktu itu jam dinding menunjukan pukul 22.00 PM.
Sengaja Aku dan ketiga keluarga immigrant itu bercerita di ruang tengah. Televisi dibiarkan on.
Kami tetap setia pada chanel cuaca. Jalannya badai secara jelas terlihat di
layar kaca. Para reporter melaporkannya secara sangat detail. Sekitar pukul 11.00 pm kupamit sebentar. Aku
sengaja keluar dari rumah. Sekedar mereka- reka apa yang akan terjadi. Aku
berjalan ke pantai sekedar melihat eskalasi gelomban laut. Semuanya seperti
biasa. Air lautnya sangat tenang. Angin pun hanya sepoi sepoi basah malam itu.
Semuanya sangat tenang dan kalem. Sebentar saja aku berada di pantai. Aku
kembali lagi ke rumah. Lalu keluarga bertanya kalau ada perubahan di laut.
Kujawab tanya mereka bahwa semuanya biasa biasa.
Aku tetap tidak bisa tidur malam itu. Aku
masih duduk santai di ruang tengah. Sesekali mataku kupejamkan erat erat biar
bisa tidur sebentar. Tetap tidak bisa. Rasa penasaranku memuncah pada tayangan
televisi. Suara reporter semakin menghilang. Gambarnya sudah semakin kabur. Dan
listriknya pun padam. Gelap gulita melanda rumah kami. Segera kunyalakan lilin.
Waktu itu sudah hari Rabu pukul 2.00 dini hari.
Ya ia datang. Aku bergumam dalam hati. Awalnya,
itu seperti badai hujan biasa . Hujan lebat tanpa kilat dan Guntur. Kemudian akumulasi
angin terus membengkak. Ia menderu deru
dengan kerasnya. Sepertinya ia sedang
marah. Kami harus berteriak satu dengan yang lain ketika berbicara. Saking
kerasnya seolah olah kita duduk diatas mesin jet. Angin terus bergerak dari laut ke darat. Ini
seperti sebuah pendaratan pesawat terbang. Ia mengawalinya dengan kepala , lalu
badan dan diakhiri dengan ekornya. Semuanya terasa begitu dekat dan
menyeramkan.
Tiba tiba ada pesan masuk di hpku. Bunyi pesan
itu Fr. Watch out! She is hear
(Pater waspadalah, ia ada di sini). Hanya sesaat saja, setalah kubaca pesan
singkat itu semunya berubah total. Rumah
kami seperti perahu kertas diatas gelombang. Plafon rumah seperti tutupan panci
saat air mendidih. Ia dapat terbongkar kapan saja. Sesekali aku berlari ke
kamar kamar. Di sana plafon dikamar tamu pertama sudah mulai berjatuhan.
Kemudian Plafon di kamar tamu lain dan diruang tengahpun terjadi demikian.
Kulihat pintu kaca ruang tengah pun mulai terbuka. Kututup lagi dan terbuka
lagi. Begitulah seterusnya aku berada di sana. Sykurlah Baja penahan tetap
berdiri kokoh. Dan sepertinya atap rumah kami
sedang dikeroyok. Senk senk tetangga tak berhenti mengahantamnya.
Syukurlah ia kuat kokoh merima keroyokan mereka. Aku tetap tegar dan kuat.
Karena aku selalu yakin kehidupan dan kematian ada waktunya. Kalau memang belum
saatnya mati apapun yang terjadi akan berlalu begitu saja. Toh Tuhan sudah
mengatur semuanya. Apalagi aku yang terlahir dari dari rahimnya Nusa Tadon
Adonara. Aku sangat yakin malam itu tanah keramat Nusa Tadon Adonara dan semua
leluhurku sedang berada bersamaku.
Keluaraga yang kutampung merasa lucu denganku.
Mereka marasa lucu karena sesekali aku berdoa sesuai keyakinan leluhurku. Aku
berteriak sekuat kuatnya. Nama tanahku yang keramat Nusa Tadon Adonara kusebut
berulang kali. Kupanggil semua nama leluhurku. Seolah-olah aku sedang membaca
sebuah litany orang kudus. Entah percaya ataupun tidak, setiap anak Adonara pasti
percaya akan hal ini. Kita memiliki “uli ume” mantra sakti mandraguna sekaligu
doa yang yang kita ketahui. Bahwa sang
pemilik kehidupan “ AMA RERA WULAN INA TANA EKAN LIKO LAPAK ANAAM KAME yang
berkuasa atas kehidupan ini. Aku merasakannya sendiri.
Sepanjang malam kusaksikan bagaimana dasyatnya
kekuatan alam. Kuat kuasanya mengalah kan segalahnya. Segalah sesuatu yang berdiri tegak dirontokan
seperti mesin perontok padi. Tidak peduli entah tembok bangunan atap baja
maupun segala yang bebentuk konkrid. Semuanya disikat tanpa pandang buluh.
Dentuman, gemuruh dan rentetan senk, balok dan benda lain saling sahut menyahut
selama dua jam. Setelah itu berhenti. Semunaya tenang... Aku berpikir semuanya
telah berakhir. Maka kupanggilah mereka yang bersamaku untuk merayakan keselamatan
kami. Sempat kubuka beberapa botol champagne. Ah Ternyata dugaaku meleset. Aku
seratus persen salah total. 45 menit kemudian badai kembali lagi. Aku seperti
tidak percaya. Mengapa monster itu kembali lagi. Maka benarlah teori yang telah
disampaikan. Bahwa setiap hurricane yang dasyat terbagi dalam tiga bagian.
Bagian pertama yang adalah kepala menghantam pulau ini selama dua jam. Lalu berlalulah
matanya . semuanya berubah tenang dan kalem selama 45 menit. Dan sekarang
ekornya. Bayangkan saja kepala hurricane sudah berhasil meluluhlantakan hampir
limapuluh persen pulau ini. sekarang bagian ekornya. Seperti sebuah scenario
penyerangan yang teratur rapi.
Dua jam
yang lalu semuanya masih berdiri kokoh. Kebetulan rumah kami bersebelahan
dengan dua hotel. Ada juga beberapa
restaurant dan pertokoan. Semuanya tidak
sama seperti dulu lagi. semuanya telah berubah. Aku menoleh ke Kaca kaca
jendela hotel hotel yang sudah hancur lebur. Atap atap restoran sudah lenyap entalah
kemana. Sepintas kulirik jendela gereja kami juga sudah bolong dihantam senk
tetangga. Jalanan yang kemarin bersih dan apik sudah seperti tempat pembuangan
sampah. Sampah bertumpuk tumpuk. Aku
keluar lagi ke beranda.
Dua jam penuh kami kembali lagi ke situasi
darurat. Kami seperti sedang menonton film horror. Situasinya memang seperti di
film. Sekarang adalah kenyataan di hadapan kami. Aku harus memastikan semuanya
aman. Plafon plafon kamar mulai berjatuhan lagi. Keluarga yang ada bersamaku
mulai ketakutan. Mereka bersembunyi di balik kamar mandi. Maklum ada pengalaman
traumatis mereka dari hurricane
sebelumnya. Mereka mengatakan huruicane ini yang paling dasyat. Ini seprti
nenek dari semua hurricane yang pernah mereka alami. Walau hanya dua jam tapi
sepertinya kaki sebelah sudah di liang lahat. Betapa tidak. Ekor hurricane
ternyata lebih jahat lagi. Semua yang ada bersamaku sangat ketakutan. Aku tetap
tenang. Sambil sesekali berteriak sekuat kuatnya menyebut wujud tertitingi dan
leluhurku. Aku selalu percaya. Apapun yang terjadi kalau belum saatnya ajal,
semuanya pasti akan baik baik. Kesaktian mantra “uli ume” memang nyata kalau
kita benar benar yakin. Sebagai anak Adonara “uli ume kita” janganlah sekali
kali dipandang sebelah mata. Ia hadir dan memang ada. Kekuatan supranatural ini
seringkali kuceritakan ke teman temanku di sini.
Masa masa kritis selama dua jam berlalu. Apa
yang terjadi sungguh di luar dugaan.
Aku
seperti sedang bermimpi buruk. Segera kuambil kameraku. Aku berjalan melintasi
puing puing rentuhan. Aku dan temanku berjalan melangkahi pohon-pohon yang tumbang.
Kebetulan di belakang rumahku ada empat pohon besar. Semuanya merayap di tanah.
Aku mengabdikan moment moment menyedihkan itu dalam kameraku. Sebuah katastrophi
yang pernah kulihat di film film. Ternyata kini menjadi kenyataan dihadapanku. Cuman
anehnya aku tidak merasa takut. Kutatap semunya dengan perasaan sedih. Aku dan
temanku terus berjalan menyusuri pantai. Suasanaya seperti laut sedang
memuntahkan seluruh isi perutnya yang kotor. Mungkin juga laut sedang marah
akan seala polusi yang terjadi. Seluruh sampah yang mungkin pernah dibuang
kelaut dikembalikan lagi ke darat.
Kita seperti berada di titik zero. Pada titik
ini ada begitu banyak orang keHilangan atap rumahnya. Pada malam
hari kami harus berdiam dalam kegalapan malam. Kami sangat beruntung dengan
segala persiapan yang ada. Cahaya listrik kini tergantikan dengan cahaya lilin
yang suram dan redup. Sesekali kunyalakan senter. Telephon dan semua media
komunikasi putus patah. Yang ada waktu itu radio. Kami dianjurkan untuk stay
tune pada radio. Ada banyak berita yang berseliweran. Entah beirta bantuan
ataupun segala evakuasi bagi yang ingin keluar dari pulau. Aku termasuk orang
yang sedang menunggu waktu keberangkatanku. Karena jadwal liburan di Indonesia
jatuh tempo. Aku menunggu dengan harap harap cemas.
Dua minggu
berlalu begitu cepatnya. Suplai air bersih
terputus. Layananan telekomunikas mengalami gangguan. Jalanan dan jembatan yang kokohpun putus
patah. Seluruh aktifitas sosial- ekonomi masyarakat lumpuh total.Persediaan
air minum yang sudah kusediakan dalam gallon gallon semakin berkurang. Saat itu
memamg ragaku masih di St Maarten tapi jiwaku sudah melayang jauh ke Nusa tadon
Adonara. Aku hanya terus berharap kapan aku kembali ke sana. Memang ada beban
bathin. Di satu sisi aku seperti lari dari kenyataan. Di sisi lain ya aku harus
pergi karena saatnya kembali berlibur.
Ada perasaan sedih untuk meninggalkan situasi seperti itu. Tapi juga ada
perasaan rindu membuncah untuk pulang kembali ke rumah. Apalagi tiket
penerbanganku sudah ku booking jauh hari sebelumnya. Saatnya pun datang. Hari
itu hari kamis sore. Ada khbar gembira dari temanku. Aku diberitakan bahwa ada
beberapa penerbangan melalui maskapai KLM.
Perusahan
penerbangan Belanda itu siap melayani orang orang dari belahan dunia manapun
juga yang siap keluar dari St Maarten. Waktu yang diberikan begitu singkat. Aku
harus mengemas seluruh barang bawaanku semalaman. Dan keesokan harinya aku
harus berangkat pagi pagi ke bandara. Di sana sudah ada ribuan orang berjubel
jubel. Semuanya siap berangkat. Aku berterima kasih pada Tuhan atas kesempatan
mahal itu. Semuanya berlangsung aman di Bandara. Kuucapakan selamat tinggal st
Maarten untuk sementara waktu. Aku pergi untuk kembali lagi.
Sudah hampi tiga bulan sejak Badai Irma berlalu. Aku baru saja
kembali ke Karibia. Ada kejutan lain buatku. Ternyata sebelum pembersihan ada lagi
badai Maria.Ia datang memporak poranakan yang
sudah hancur lebur. Sangat menyedihkan.
Ia Sudah jatuh tertimpah tangga pula. Susulan badai Maria tidak separah badai
Irma. St Maarten masih bernasib baik. Ia malah membinasakan properti dan
infrastruktur pribadi hampir di seluruh
wilayah Karibia. Total sekitar 15 dari 35 destinasi Karibia diluluhlantakan.
Kusebutkan saja nama nama pulau di Karibia yang terkena imbas maria. Di sana
ada ada Anguilla, Barbuda, Kepulauan Virgin Britania Raya, Kuba, Dominika,
Republik Dominika, Guadeloupe, Puerto Riko, Saint Barts, St Kitts & Nevis,
Saint Martin, Saint Maarten, Turks & Caicos, Kepulauan Virgin AS.
Tingkat
kerusakan bervariasi. Badai ini sepertinya memilah milah di mana harus
dilaluinya. Misalnya Barbuda adalah negara tetangga Antigua. Jarak antara
keduanya begitu dekat. Herannya seluruh
pulau Berbuda babak belur, sedangkan Antigua hanya mendapatkan hujan. Setalah
itu ada evakuasi wajib dari Berbuda ke pulau saudaranya Antigua. Tujuan lain di
Karibia yang terkena dampak parah adalah Kepulauan Virgin Inggris. Betapa Sialannya
pulau ini dihantam double oleh Badai Irma dan Badai Maria. Kerusakan
yang dialami sungguh tak ternilai. .
Tingkat
kehancuran ini selalu mengingatkan kita bahwa semuanya adalah fanah. Infrastruktur
dan properti pribadi hanyalah hal sekunder. Yang terpenting dalam hidup adalah
keluarga dan teman. Uang dan segala susuatu barang berharga apapun bisa dicari.
Tapi kita tidak akan pernah mencari dan mendapatkan kembali keluarga dan teman
kalau saja mereka mati. Sudut pandang ini mungkin terdengar kasar dan tidak
simpatik. Kenyataan selalu berbicara lain. Orang tak pernah berhenti mengejar
harta sekalipun nyawa menjadi taruhan. Orang sudah mulai rentan secara emosional. Tidak ada lagi nilai
nilai kehidupan ketika sifat materialis mendominasi kehidupan itu sendiri. Maka
ketika alam yang adalah Ibu kita marah maka kita bersujud simpuh meminta maaf
kepadanya.
(Foto 11)
Sekali
lagi Orang-orang Karibia adalah orang orang bebas yang menikmati hidupnya.
Mereka bebas menikmati dan memaknai hidup mereka. Mereka juga sangat ulet . Secara seleksi
alamiah yang lemah akan kalah dan yang kuat akan terus bertahan hidup. Mereka
bertahan dan bangkit kembali setelah jatuh tersngkur diterpa badai Irma.
Tentunya Itu tidak mudah. Tetapi seperti
sebuah siklus kehidupan. Ia berputar putar dari bencana ke kehidupan normal.
Dari kehidupan normal akan kembali lagi ke Bencana. Begitulah siklus kehidupan
mereka.
Sialnya Badai Irma seperti telah menghapus
kemajuan ekonomi mereka. Mereka yang telah berusaha membangun ekonomi selama
puluhan tahun. Maklum setelah badai Louis di tahun 1995 mereka telah bangkit
kembali sebagai St Maarten yang kokoh. Kebanyakan masalah kerusakan mereka
diatasi oleh asuransi. Tapi ada juga yang sengaja memiliki simpnanan khusus untuk
pengeluaran tak terduga seperti badai
ini. walaupun badai seperti Irma selalu memberikan pukulan berat.
Apalagi bagi perekonomian masyarakat
miskin tapi mereka tetap bangkit kembali seperti sedia kalah. Sebuah
pemandangan kontradiktif ,semakin besar bencana alam semakin kuat orang orang
Karibia bersatu padu membangun tanah tumpah darahnya..
Betapa
tidak. Pemerintah Karibia sangat proactive. Mereka memilik visi misi yang
jelas. Entah itu jangka pendek maupun jangka Panjang. Selalu saja ada kesiapan
siagaan dalam menghadapi bencana alam ini. Tentu saja hal ini selalu memberi
harapan baru bagi orang orang Karibia. Mereka tidak pernah putus asah. Lalu
sampai jatuh terpuruk dalam bencana yang tak pernah habis habisnya. Justru
harapan besar ini selalu membangkitkan rasa optimisme besar menghadapi siklus
bencana alam. Hal ini kusaksaikan bagaimana kolaborasi hebat antara pemerintah
dan penduduknya. Kalau sudah ada ikatan dan bounding yang jelas maka disana ada
rasa saling percaya. Pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk membangun
infrasturkutur yang telah rusak parah. Sebaliknya penduduknya saling menyokong
usaha-usahanya secara khusus di bidang ekoturisme. Hal luar biasa yang patut
dicontoh oleh orang lain. Kalau pemerintah mau supaya daerahnya dapat maju maka jangalah biarkan rakyatnya berjuang
sendirian.
Tak seorangpun
manusia mampu mencegah fenomena alam. Ia hadir seperti kodrat yang tak mampu
dihalangi apalagai ditolak oleh manusia. Manusia hanya bisa meminimalisir
resiko dan akibat bencana alam. Di sana ada juga semacam seleksi alam. Siapa
yang kuat akan bertahan dan siapa yang lemah akan musnah Bersama bencana.
Inilah sebuah momentum ketangguhan kepulaaun Karibia dalam menghadapi berbagai bencana
badai Tropis.
Ada semacam
peregeseran paradigma tindakan pasif renovative dan curative setelah bencana badai. Pemerintah
St Maarten misalnya telah mengambil tindakan proactive. Mereka mulai
meninggalkan pendekatan pasif reaktif. Bagaimanapun juga kemajuan Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah bisa memprakirakan sebab dan akibat sebuah
bencana. Hal yang sangat menarik untuk dikaji. Karena ada banyak hal yang dapat
dilakukan sebelum dan sesudah bencana. Tidak ada lagi sikap pasrah pada
bencana. Bahwa ini adalah takdir sehingga kita hanya berserah diri kepada alam.
Apapun yang terjadi terjadilah. Tidak demikian. Mereka semua mengerti bahwa ini
masalah bersama dan akan dihadapi Bersama pula. Maka tidak ada lagi pendekatan
pasif-reaktif. Perubahan paradigma ini membawa konsekuensi lebih banyak nilai
positivenya demi pembanguna Bersama secara intergral.
Bayangkan saja!
Hampir 50% infrastruktur St Maarten luluh lantah tak terkendali. Namun setalah beberapa
bulan semuanya kembali ke normal. Bangunan entah pribadi, public, usaha privat maupun milik pemerintah
yang rusak hadir kembali seperti permainan sulap. Sebuah kejadian luar biasa menurut saya. Ada
sisi baik dan positivnya yang perlu kupelajari di sini. Ini adalah sebuah
momentum revitalisasi ketangguhan sebuah negara. Semua ahli tata ruang, arsitek, dan insinyur,
maupun para ahli ilmu sosial, administrasi publik, dan pemerintahan bergerak
bersama. Mereka bersatu padu memberi harmoni yang lebih baik atas nama
keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Di
sana ada kolaborasi hebat antara keamanan, perlindungan lingkungan, pembangunan
ekonomi, kesetaraan sosial, dan inklusifitas pembangunan. Proses pencegahan, aktif
reaktif, mitigasi, renovasi dan kuratif bencana inilah sebuah symbol
kebangkitan Bersama demi kebaikan Bersama pula.
Dan harus kuakui.
Bahwa Orang orang karibia secara khusus St Maartiners adalah orang orang tangguh. Mereka tangguh bukan
karena mereka semua adalah orang kaya atau orang orang pintar. Bukan. Mereka
adalah orang orang biasa seprti kita juga. Mereka tangguh karena mereka bersama
bergotong royong membangun negrinya. Semakin banyak bencana menimpa, justru mereka
semakin. Mereka semakin cerdas dan kuat membaca peluang untuk membangun kembali lebih baik (building
back better). Aku hanya membayangkan kalau in terjadi di tanah airku
tercinta. Pastinya adalah sebuah hal yang mustahil. Jangankan ada bencana alam dulu baru ada alasan
kita terlambat membangun. Tidak ada bencana alampun dari dulu sampai sekarang
semuanya tetap di tempat. Sudah 70an tahun kita merdeka. Sayangnya buah buah kemerdekaan itu hanya dirasakan oleh
segelinitir orang.
Aku sebagai anak yang terlahir dari Rahim
Adonara merasa malu. Aku merasa malu karena bukan bencana alam yang menghambat
pembangunan kita. Aku malu karena kita manusialah yang menciptakan bencana
untuk saudara saudari kita sendiri. Aku malu karena pembangunan kita berjalan
ditempat. Misanya di Adonara, Air minum yang adalah kebutuhan utama hanya
berada dalam slogan slogan kampanye. Orang yang sudah miskin dibuat tambah
miskin. Karena banyak orang tidak memilki income tetap. Sudah seperti itu,
mereka masih harus butuh pengeluaran tambahan untuk membeli air minum. Lain
lagi soal listrik. Walaupun ada tapi pelayananya pun jatuh bangun. Sungguh
keterlaluan nasib kita.
Tidak ada bencana alam saja kita sudah seperti
ini apalagi ada bencana alam hebat.
Betapa mengerikan aku membayangkan.
Kita tidak bisa berbohong. Karena bagaimanapun juga kita masih lebih
cendurung berpikir perut sendiri ketimbang perut orang banyak. Kalau mau maju kita mesti menjadi pelayan.
Kita mesti berkorban demi kebaikan banyak orang. Karena kepemimpinan yang melayani adalah
tentang sebuah arah dan tujuan yang jelas. Ia harus berani menyingsingkan lengan bajunya. Ia hadir untuk memenangkan kepentingan banyak
orang. Maka dalam situasi seperti ini Rakyat
tidak bekerja untuk pemimpinnya. Pemimpinlah
yang bekerja untuk rakyatnya. Servant
leadership is all about making the goals clear and then rolling your sleeves up
and doing whatever it takes to help people win. In that situation, they don’t
work for you; you work for them.” Ah Tuhan kenapa saya harus berkotbah
di sini? Tuhan tolong beri jawaban.
Karibia 16 Juni 2020
Pater Mudamakin SVD